Profesor Doktor Saraswati, pakar makhluk astral, berlutut di atas mayat di lantai apartemen. Sebuah lubang menembus dada si mayat tepat di jantungnya.
"Ini Efran Dua," katanya. "Jin ifrit yang mengoperasikan mesin magnet di tempat pembuangan besi rongsokan."
Detektif Sanjo Kaimano berjongkok di sampingnya. "Kamu yakin dia bukan Efran yang asli? Pria yang ditiru oleh si jin ifrit?"
Saras mengangguk. "Lihat bintik-bintik gelap di pakaiannya? Penyamarannya terbongkar karena dia sudah tewas, kembali ke bentuk bayangan aslinya."
"Tetangga mendengar teriakan dan memanggil polisi," kata Sanjo. "Kami harus mendobrak pintu. Pintunya terkunci, begitu juga semua jendela, dan korban tergeletak di sini mati. Mayatnya masih hangat. Dia baru mati beberapa menit."
"Jadi si pembunuh tidak mungkin pergi jauh," kata Saras.
"Tepat."
Keduanya mengangkat kepala dan melihat kedua tersangka yang ditahan di dekat lemari es ukuran sedang. Seorang petugas polisi memegang kaki seorang remaja bersayap yang melayang dan berkali-kali membenturkan kepalanya ke palfon. Polisi lain memegang lengan seorang pria bule kecil kepala botak berjanggut merah telanjang dada tanpa baju, mengenakan celana hijau serta sepatu yang disemir sehingga sinar matahari yang menerobos melalui jendela terpantul dari permukaannya.
Sanjo melanjutkan, "Kami menemukan palasik ini bersembunyi di luar jendela, dan tuyul aneh ini kami temukan di lorong di luar gedung. Keduanya memiliki kartu nama korban."
"Setengah tuyul setengah leprechaun," bisik Saraswati.