Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sisi Lain setelah Mati

7 Maret 2022   14:30 Diperbarui: 7 Maret 2022   14:30 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enggak sabaran. Itulah kata pertama yang digunakan kebanyakan orang untuk menggambarkanku. Teman-temanku selalu menggodaku karena aku gampang kesal saat menunggu makanan kami di restoran. Yah, mereka akan menggodaku. Waktu aku masih hidup

Aku sudah mati lama dan sekarang aku dikutuk dalam keabadian. Ruang tunggu terbesar di alam semesta, atau apa yang orang lain suka menyebutnya: alam barzah.

Aku sudah menunggu di tempat terkutuk ini selama bertahun-tahun. Aku terjebak dalam satu ruangan besar dengan dinding putih polos, dan deretan kursi lipat abu-abu yang tak ada habisnya menghadap satu-satunya pintu di sini. Dan orang mati yang menduduki kursi lain tidak membuat situasiku lebih baik.

Sesekali, seorang perempuan kecil yang marah dengan suara sengau membuka pintu untuk memanggil nama berikutnya untuk diadili, dan tentu saja sama sekali tidak ada penjelasan untuk ini.

Aku telah melihat begitu banyak orang datang dan pergi. Setiap kali seseorang yang baru berada di sini selama beberapa hari dipanggil, aku kehilangan satu garis kewarasanku.

Aku membiarkan diriku berharap setiap kali perempuan itu membuka pintu, dan setiap kali aku dikecewakannya lagi. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah melewati pintu itu, dan tidak ada yang pernah kembali untuk memberi tahu kami.

Beberapa orang di sini sangat takut dengan apa yang ada di sisi lain sehingga mereka membuat onar begitu nama mereka disebut. Perempuan itu bahkan harus menyeret beberapa orang dari tempat duduk mereka setelah mereka memohon dan memohon untuk dibiarkan sendiri. Mengapa mereka ingin tinggal di sini lebih lama lagi di luar akal sehatku.

Aku tahu bahwa hanya ada surga atau neraka yang aku hadapi begitu aku dipanggil, tetapi aku tidak peduli ke mana aku akan pergi saat ini. Aku hanya ingin dibebaskan dari ruang tunggu dan kursi abu-abu yang tidak nyaman ini.

Setiap detik yang mengerikan tampaknya berlalu lebih lambat dari yang terakhir, dan tetap saja, aku menunggu.

Perempuan itu membuka pintu lagi. Aku memutar mataku dan melihat kembali ke pangkuanku. Aku sudah di sini begitu lama. Tidak ada yang tahu kapan aku akan dipanggil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun