Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Cikarang dan Ancol

5 Maret 2022   17:00 Diperbarui: 5 Maret 2022   17:12 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu duduk di tengah sehingga bisa melihat wajahmu langsung di kaca spion tengah dan tampak seperti hendak menghadiri pesta topeng.

Ibu muda yang duduk di sampingmu menyusui anaknya yang berusia satu tahun di pangkuannya. Bocah itu menarik-narik kepang rambut dan blusmu.

Kamu terus menghindar darinya tetapi ibunya berkata, "Ah, Tyo cuma bercanda, kok."

Kamu tidak menjawab, tetapi sebelum kamu tahu apa yang terjadi, anak ini gumoh dan beberapa droplet ASI tumpah ke bajumu.

Kamu berbalik dan melihat ibunya mengeluarkan handuk kecil untuk menyeka gaunmu.

"Biarin aja," katamu tegas sambil menatap ibu muda itu, sementara penumpang lain berkata kamu harus memaafkan dan melupakannya. Mengapa mereka tidak sekalian nyanyi bareng 'Let It Go'?

Begitu sampai di Warung Bangkok, kamu memutuskan untuk naik Grabcar dengan segala konsekuensinya. Saat itulah kamu menyadari bahwa tumit sepatumu goyah.

Pada titik ini, kamu ingin membatalkan kencanmu, tetapi setelah dipikir-pikir lagi, kamu memutuskan the show must go on. Percuma menderita sejauh ini hanya untuk menyerah di tengah jalan!

Seolah itu tidak cukup memalukan, ketika kamu berjalan mencari tempat yang layak untuk berdiri menunggu jemputanmu, seorang pedagang kakilima sesuku memandangmu dan berkata, "Kasihan kali kau, Bang. Gitar kotak sabunmu ketinggalan di mana?"

Woooi, aku cewek beneran, bodat! Kamu mengomel dalam hati.

Kamu tak mengacuhkannya dan bergeser menjauh darinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun