Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sisi Lainku

4 Maret 2022   22:29 Diperbarui: 4 Maret 2022   22:33 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Psikologi tradisional tidak mampu menjelaskannya. Mereka mencoba, katanya itu semacam amnesia. Aku yakin bukan, tetapi psikolog selalu merasa lebih tahu, maka mereka tidak mau mendengarkanku.

Aku menatap cermin dan orang yang kulihat bukanlah ... aku. Sepertinya aku dimasukkan ke dalam tubuh orang lain, dan diberi beberapa lembar kertas untuk belajar tentang sejarah, kehidupan, dan pekerjaannya. Jadi ketika Ghea, 'istri'ku mengatakan Ronron menelepon, aku tidak tahu siapa itu Ronron. Dia tidak ada di lembar kertas yang harus kupelajari.

Dengan kesal, Ghea mengomel. "Dengar, Him, kamu harus berusaha untuk mengingat. Berhentilah membuat teman-temanmu bingung!"

Kuberi tahu, Ghea cantik luar biasa, dan di ranjang dia menyenangkan!

Tidak ada gunanya.

Aku tahu aku bukan 'aku', kalau kamu mengerti maksudku. Kadang-kadang dalam mimpi aku melihat seorang wanita muda dengan wajah oval, rambut panjang bergelombang cokelat seperti Silverqueen, dua anak remaja dengan rambut acak-acakan dan behel gigi. Has dan Henny. Lalu ada seekor anjing labrador cokelat bernama Van Houten yang suka berguling-guling di tumpukan daun gugur di musim kemarau dan melompat di genangan becek musim hujan.

Wanita itu, aku tidak tahu apakah dia istriku, panggilannya Wulan. Bunyi tawanya mengingatkanku pada panci aluminium jatuh ke lantai keramik.

Itulah yang aku pikir adalah aku.

***

Jadi aku mencoba mencari ahli yang bisa memecahkan masalahku dan menemukan Dr. Gustaf. Dia adalah 'spesialis kepribadian terlantar'.

Dia mengatakan apa yang aku alami tidak biasa, ada hubungannya dengan suar matahari. Semburan plasma dari bintang terdekat itu dapat membuat 'tubuh astral' tidak sejajar, katanya, sehingga jiwa dapat berpindah keluar dan masuk dan ke tubuh lain yang kosong.

Atau kira-kira semacam itu.

Dia menyebutnya PJT, 'Perpindahan Jiwa Temporer' karena meruapkan fakta tak terbantah bahwa tubuh astral dapat melakukan perjalanan melalui ruang dan waktu.

Tentu saja, psikolog tradisional tidak percaya dengan semua yang dia katakan, tetapi dia mendalami ilmu psikologi khusus dari mereka yang 'tahu'.

Dia bilang dia bisa memperbaikiku. Dia punya mesin. Rupanya dia bahkan tidak perlu menghadirkan orang lain, 'aku' dengan 'dia' yang satu lagi, kalau kamu tahu maksudku.

Dia mengatakan mesin itu mensimulasikan efek suar matahari, tetapi kebalikannya. Jadi itu akan menarik 'dia' ke dalam tubuh ini dan aku hanya akan 'membalik' kembali ke tubuhku, di mana pun dan kapan pun itu terjadi. Jadi selamat tinggal Ghea. Hai Wulan, Has, Henny dan Van Houten!

Dr. Gustaf mengatakan bahwa prosedur ini bukan tanpa risiko. Terkadang tubuh astral orang ketiga dapat terpisah dan kemudian terjadi pertukaran tiga arah, atau bahkan lebih. Dia mengatakan itu benar-benar sangat amat jarang terjadi, dan dia hanya perlu menjalankan mesin beberapa kali lagi sampai semua jiwa astral berada di tubuh orang yang tepat.

***

Dr. Gustaf memanaskan mesinnya, menerima uangku, menyalakannya, dan tidak ada yang terjadi.

Dia mengatakan sudah biasa tidak selalu berhasil pertama kali. Aku harus kembali besok. "Tidurlah yang nyenyak dan jangan khawatir," katanya. Ngomong sih, gampang!

Ada ketukan di pintu. Ghea. Dia masuk tapi rambutnya berbeda. Panjang, bergelombang, cokelat silverqueen....

"Halo, Sayang," katanya, "Bagaimana kalau kita piknik ke Cikole? Cuaca bagus. Kita ajak anak-anak." Dia tertawa. Bunyi panci aluminium berjatuhan.

Seorang gadis berambut kusut, kurus, muncul di sampingnya sambil tersenyum menampilkan deretan gigi yang sempurna. Dia tidak memakai behel.

Aku mendengar derap kaki berlari naik tangga.

"Ayo ayah, Van Houten butuh olahraga!"

Bandung, 4 Maret 2022


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun