Sungai
kita sedar sebelum mentari
menyelinap ke kali
melalui adas kuning dan kembang lentera
jam-jam bising
perahu menunggu
dua dayung mendorong air
mudah bagai kapak membelah cacing
untuk bayangan garis ikan
diam tak bergerak di bawah permukaan
angin melintas riak air hitam
sandarkan wajah ke telapak tangan
piala perak tenggelam
air sungai mengancam keheningan
kita saling kenal
berubah sudah
matahari di bawah
cakrawala
mendayung balik ke depan
atau mundur
tak tentu arah
Bandung, 4 Maret 2022
***
Sumpah
biarlah gelap
maka rumah bersinar seperti bara bersamamu
tanganmu yang demam di dalam air lebih panas
daripada yang bisa kautahan, kulit menjadi
uap, menjadi udara
ingat seseorang
kau dulu lebih mencintai
daripada dia mencintaimu
dan kau bersumpah takkan terjadi lagi
maka ketika yang lebih mencintai jadilah aku
hei!
cinta benar sejauh bintang pergi
di antara yang bernyawa
hati yang kurang mencintai selalu menang
biarlah tanpa rembulan
atau debu bintang
tidak ada burung, ikan atau pohon
hanya puisi buatan tangan
gelap yang dimulai dengan panas
hanya ada ruang
membuat ingat seseorang
yang mencintai lebih dari yang kau cintai sekarang
dan kau bersumpah takkan terjadi lagi
rumah panas
udara berkabut menembus kulit
meresap ke paru-paru
kerincingan basah
Bandung, 4 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H