Tidaklah mudah untuk menggambarkan suatu karya seni baik atau buruk dengan akurat. Penulisan kreatif mengalami nasib yang sama.
Apa yang membuat sebuah karya fiksi cemerlang? Bagaimana seseorang menceritakan karakter yang menarik dan menenun latar belakang ke dalam dialog?
Pertanyaan-pertanyaan ini dan masih banyak pertanyaan lain tidak dapat dijawab dengan rumus baku. Seseorang harus mengungkapkan masalah dengan cara metafora, karena bahasa kurang mampu untuk menggambarkan masalah secara langsung.
Salah satu pertanyan yang sering muncul adalah bagaimana mengakhiri sebuah 'ide'.
Baik penulis yang masih baru maupun yang sudah mapan berjuang dengan bagian 'mendongeng' ini. Dalam hal flash fiction, akhir sangat penting karena sebuah cerita fiksi membutuhkan penekanan akhir yang membekas.
Akhir cerita adalah puncak (atau ringkasan) dari cerita, Â semacam 'menekuk ulang', sehingga pembaca mendapatkan sudut pandang emosional yang baru.
Di akhir film Casablanca, Rick duduk di bar dan berkata, "Mainkan lagi, Sam," mencoba untuk kembali ke kehidupan lamanya sebelum bertemu Ilsa, tahu dia tidak bisa kembali ke apa pun karena semuanya berubah, karena telah bertemu dan menolongnya. Momen kembali ke awal, punggung berputar. Awal yang baru.
Meski begitu, penulis mempunyai beberapa gaya penulisan untuk mengakhiri cerpen atau flash fiction.
1. Terjun ke Jurang
Artinya tidak ada akhir sama sekali. Hampir selalu seperti merupakan kesalahan. Film The Empire Strikes Back adalah contoh yang sempurna.Â