Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perang Dibatalkan

28 Februari 2022   09:32 Diperbarui: 28 Februari 2022   14:48 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puing-puing kehancuran dan mayat bertebaran di mana-mana. Yang hidup melarikan diri ke belakang meninggalkan kehancuran,

Yang mati hidup kembali.

Jantung pemilik toko roti berdetak kencang, napasnya satu-satu, sampai sisa-sisa material tokonya yang hancur terangkat dari dadanya, membebaskannya untuk berdiri dengan mata terbelalak di belakang mejanya, menyaksikan peluru kendali melayang mundur dan menjauh seperti balon mainan anak-anak ke langit yang penuh bercak ledakan.

Peluru melesat di udara, meluncur kembali ke dalam laras senapan. Amunisi dari menit ke menit mengangkat orang-orang  dari tanah, melompat bebas dari punggung mereka, menutup lubang di daging mereka. Selusin dari mereka menarik seorang ibu berdiri, sementara semburan api membuat putra dan putrinya utuh dalam pelukan satu sama lain. Air mata ayah mereka mengalir ke atas ke matanya, dan dia bertanya-tanya, bagaimana ini bisa terjadi pada kami?

Tidak adakah orang di luar sana yang peduli dengan apa yang terjadi?

Langit bersih dari awan asap racun bom kimia. Retakan di jendela toko menutup dan kusen kembali utuh. Ledakan mengepal seperti tangan, menutup, meratakan trotoar. Bangunan tua yang rubuh kembali tegak berdiri, dan orang-orang bergegas mundur menuju asal yang tadinya tinggalkan di belakang.

Bata demi bata, tarikan dan embusan nafas, seluruh kota disatukan dari keping-keping kehancuran, dan peluru kendali dan bom menghilang, dibongkar, dicabik-cabik menjadi bahan mentah yang dikembalikan ke perut bumi untuk berbaring dalam keheningan, kuburan yang dibuka dan dikosongkan satu per satu. Lahan pedesaan menghijaun dan kuning keemasan menyembunyikan parut bekas luka.

Setelah semua ini, si ibu, tanpa bekas peluru, melemparkan pakaian bersih ke dalam mesin cuci dan menariknya keluar pakaian bernoda lumpur dari laga sepak bola antar kampung peringatan kemerdekaan yang akan datang.

Di luar, di rerumputan yang baru dipotong di halaman mereka, putranya mengejar adiknya dengan senapan plastik sambil berteriak, "Dor! Kena!"

Ibu mereka sambil lalu menonton berita di televisi sementara suaminya mengemudi mobil pengantaran roti secara mundur. Pembawa berita berbicara tentang negeri-negeri yang jauh dan masalah-masalah mereka yang jauh. Dia menyebut orang-orang yang tidak dikenal ibunya---orang-orang yang tampaknya tidak cukup nyata untuk khawatir, orang-orang yang lahir setiap hari dengan semangat kerja yang membangun.

Video seorang balita Suriah terbaring tenggelam di pantai. Wajahnya abu-abu seperti pasir laut, anak lain yang lahir atas doa ibunya, lahir dari air. Kemudian pembawa acara memperingatkan bahwa berita itu dapat mengganggu kenyamanan pemirsa.

Melipat baju anak-anaknya sambil duduk di sofa, sang ibu berkata menanggapi berita balita tadi, "Kasihan sekali."

Anak-anaknya datang berlari-lari ke dalam rumah.

Dia memberi tahu mereka, "Boleh kalian bermain di dalam rumah, tapi jangan bikin berantakan."

Anaknya yang besar menjawab, "Kalau begitu kami ke luar untuk main perang-perangan lagi."

Bandung, 28 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun