Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 5)

24 Februari 2022   12:00 Diperbarui: 3 Maret 2022   13:15 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Yang kumaksud gila bukan dalam arti hilang kesadaran atau sudah tidak waras meracau tanpa arti. Maksudku, Raja sudah bertindak seperti orang gila. Dia tidak lagi mendengarkan alasan, menikmati kekejaman dan kekuasaan mutlak sebagai sesuatu yang menjadi haknya. Bahkan Raja tega memenjarakan pandita brahmin yang menasihatinya."

Keti mengangguk mengerti. Dia merasakan pundaknya disentuh dan berbalik. Janar menatapnya dengan sedih.

"Raja harus dihentikan, itu sebabnya aku membawamu ke sini."

Janar menatap Rakyan Gardapati. "Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan dia di kedai itu. Tidak ada penjelasan lain selain ini pasti kehendak para dewa." Lalu beralih ke Keti. "Mereka membawamu kepada kami. Seseorang dengan kesaktian sepertimu akan sanagt berguna dalam gerakan perjuangan."

Keti duduk terpekur tak menjawab. Kepalanya dipenuhi oleh pikirannya sendiri, mencoba memahami situasi yang dia alami.

Kesimpulan yang bisa diambilnya, semua hali ini mengarah pada satu hal: pembunuhan Sang Raja. Kudeta penghuni Singgasana Istana.

Semuanya menjadi jelas baginya. Satu-satunya cara dia bisa berharap untuk mendapatkan pengampunan kerajaan adalah melalui Rakyan Gardapati. Gardapati harus menjadi Raja atau menunjuk Raja baru yang dipilihnya. Jika Baginda Raja Rudrawarman mangkat atau dimakzulkan, Gardapati memiliki kekuatan paling besar sebagai panglima pasukan Kerajaan, bahkan mungkin menyaingi Raja.

Dia masih tenggelam dalam pikirannya ketika terdengar suara siulan disusul tepuk tangan. Rakyan Gardapati dan Janar melirik ke bngkahan batu saat para pengawal bersiap-siap mengambil kuda-kuda untuk memindahkannya.

"Ah, akhirnya mereka datang juga," ujar Rakyan Gardapati sambil tersenyum lega.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun