Kami tersenyum dan melambai. Fokusku pada anak-anak, jadi aku hanya sekilas melihat ketegangan dalam senyum wanita di pinggiran.
"Aku sudah mencarimu kemana-mana," terdengar suara dari belakang, dan pemandangan itu meredup, berkedip-kedip.
Aku berbalik dan melihat seorang wanita yang aneh, pucat dan bermata bundar gelap. Rambutnya cokelat kastanye asimetri bergerigi. Seorang pelayan di resto ini mungkin, tapi bahasa Indonesianya sempurna.
"Aku tadi mencari putriku," kataku.
Tetapi Seruni telah menghilang. Tenggorokanku tercekik karena panik. "Dia kabur. Aku harus menemukannya."
Mata wanita aneh itu berkaca-kaca, lalu melingkarkan lengannya di tanganku. Kepanikan menghilang.
Lalu dia mengatakan sesuatu yang membingungkanku, saya saat dia membimbingku kembali ke meja dan mendudukkanku di depan teko teh yang mengepul.
Aku meremas tangan Ghea, yang tampak kuno dalam cahaya yang temaram, dan berniat untuk berbicara dengan mitra baru kami tentang timeshare.
Aku melihat ke seberang meja, terkejut menemukan bahwa mereka telah digantikan oleh wanita misterius ini dan seorang pria lain. Suami istri?
Kata-katanya terus berputar di benakku.
"Putrimu ini yang menemukanmu, Ayah."
Bandung, 23 Februari 2022