Astaga, Kuping Ucup perlu diperiksa ke dokter. Bagian permennya mungkin harus dipotong juga.
"Haha," Pendi terkekeh. "Ucup kucing."
Arman dan Ucup menatapnya hampa. "Kalian tahu... Unyil kucing?"
"Bisakah kita fokus di sini?" Arman mendengus.
"Maaf," gumam Pendi dan mengalihkan pandangannya ke tanah.
"Siapa pun yang menemukan permen itu, masukkan ke dalam ransel. Kita tidak tahu berapa banyak, tapi aku dan Ucup akan membaginya ke dalam ransel masing-masing. Lalu keluar dari sana dengan cepat dan bertemu di belakang rumahku. Paham?"
"Pahaaam!" ucup dan Pendi serempak menjawab.
***
Saat cahaya bulan sepenuhnya menghilang dan dengung jangkrik reda berubah menjadi keheningan, anak-anak itu memulai misi mereka, merayap ke halaman belakang rumah Upi.
Pendi menyiapkan sapunya dan berjongkok untuk membuat dirinya tidak mencolok sementara Arman dan Ucup melesat lari ke pohon. Arman mencengkeram tali tangga dan mulai memanjat dengan Ucup menyusul di belakangnya.
Ketika dia sampai di puncak, Arman mencibir pada tanda "Dilarang Masuk!" di pintu masuk, mendorongnya hingga terbuka, dan merangkak ke dalam rumah pohon. Dia menyalakan lampu di kepalanya dan menyapu ruangan lampu sorotnya. Di salah satu dinding, sebuah kotak besar berwarna merah muda diletakkan di atas meja kayu bercat putih.