Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Payah!

16 Februari 2022   11:28 Diperbarui: 16 Februari 2022   11:35 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari saku ranselnya, Ucup mengeluarkan selembar kertas. Huruf-huruf balok besar dengan spidol merah mengancam di atasnya. Dia membaca dengan keras, "Balas dendam itu manis, dan kalian semua payah! Armada Arman."

"Kalian yakin harus ditulis Armada Arman?" tanya Pendi. "Cewek-cewek itu akan tahu kalau kita ... atau setidaknya kamu... yang mengambil permen mereka."

Pendi hanya sirik. Arman adalah pemimpin, jadi masuk akal jika geng mereka memakai namanya.

Selain itu, Armada Arman jauh lebih baik daripada Denbro gengnya Broto atau Brigade Brita. Nama Pendi dan Ucup tidak bagus dijadikan nama geng.

"Justru kita mau mereka tahu siapa yang mengambil permen itu," kata Arman. "Itu akan mengajari mereka untuk tidak main-main dengan kita."

Pendi mengangguk dan mengangkat bahu secara bersamaan.

Arman tersenyum tapi mengatupkan gusinya. Kalau Pendi terus-terusan mengejeknya, dia mungkin akan mendapatkan bagian permen yang lebih sedikit.

"Oke, Pendi mengawasi keadaan, Ucup dan aku naik. Tempat penyimpanan permen mungkin tersembunyi, jadi aku akan mencari di sebelah kanan, dan Ucup, kamu cari di sebelah kiri." Arman menunjuk tangannya ke kiri dan ke kanan.

"Kiri ke sana," kata Ucup, menganggukkan kepalanya ke arah yang berlawanan dengan yang ditunjuk Arman.

Lubang hidung Arman membesar.

"Aku bilang, aku ke kiri. Ucup, kamu ke kanan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun