"Aku tidak tertarik, Tya," jawabku saat Mutya menyeretku menuju kedai kopi di pojok jalan tepi pantai.
"Dengar, Him. Kamu akan menyukainya. Aku baru saja bertemu dengannya, tapi aku tahu kalian berdua akan cocok satu sama lain. Dia suka ngomong sarkastik seperti kamu."
"Oh Tuhan! Aku sudah tidak sabar bertemu dia."
"Ya, seperti itu. Sekarang tolong bertingkah seperti layaknya cowok baik-baik."
"Bagus."
Kenapa aku membiarkan dia memaksaku seperti ini?
Mutya mendudukkanku di meja di seberang seorang gadis berambut cokelat panjang yang menutupi sandaran kursi. Dia meletakkan dua cangkir kopi di mukaku dan gadis itu, lalu duduk di meja pojok.
Gadis itu menatapku dan menyunggingkan senyum terpaksa.
Baiklah, makin cepat selesai makin baik.
"Hai, namaku Himawan," kataku dengan senyum aspal.