Dia menjawab dengan lima kata sederhana tapi tidak akan pernah kulupakan. Kita sering mengutip kalimat bijaksana dari orang-orang hebat dan terkenal. Kita mengharapkannya dari mereka yang berpengalaman dan berprestasi lebih tinggi dari kita. Aku tidak mengharapkan apa-apa darinya selain tangan kotor yang terulur.
Dia mengucapkan lima kata yang membuatku terhenyak.
"Bukankah kita semua butuh bantuan?" dia balas bertanya.
Sebelumnya aku merasa lebih baik, sukses dan penting melebihi gelandangan di jalan, sampai lima kata itu menghantam jiwaku seperti godam pandai besi.
Bukankah kita semua butuh bantuan?
Aku butuh bantuan. Mungkin bukan untuk ongkos bus atau tempat tinggal, tapi aku butuh bantuan.
Aku merogoh dompet dan memberinya bukan hanya cukup untuk ongkos bus, tetapi cukup untuk makanan dan tempat berteduh untuk hari itu.
Lima kata itu masih terus terngiang-ngiang di kepalaku. Tidak peduli berapa banyak yang aku miliki, tidak peduli berapa banyak yang telah kucapai, aku juga butuh bantuan.
Tidak peduli seberapa sedikit yang kamu miliki, tidak peduli seberapa berat masalahmu, bahkan tanpa uang atau tempat untuk tidur, kamu dapat memberikan bantuan. Bahkan jika itu hanya pujian, kamu bisa memberikannya.
Kamu tidak pernah tahu apakah seseorang yang tampak memiliki segalanya sedang menunggumu untuk memberi mereka apa yang tidak mereka miliki. Sudut pandang yang berbeda tentang kehidupan, pandangan sekilas pada sesuatu yang indah, jeda dari kekacauan sehari-hari, yang hanya dapat dilihat olehmu melalui dunia yang muram.
Mungkin lelaki itu hanyalah seorang gelandangan yang berkeliaran di jalanan. Mungkin dia lebih dari itu. Mungkin dia seseorang yang diutus oleh Yang Maha Agung dan Maha Bijaksana untuk menegur jiwa yang terlalu nyaman dengan dunia.