Para prajurit kerajaan mencari Keti di sekitar bengkel pandai besi dan tepi sungai, tapi gagal menemukan jejaknya yang menghilang ke dalam hutan. Mereka membuang mayat pandai besi ke sungai dan kembali ke kedai minum yang memberi tahu mereka tentang dia.
Marah dan frustrasi karena kegagalan menangkap penjahat yang sangat dicari kerajaan, mereka membakar kedai bersama pemiliknya dan menangkap semua yang ada di kedai itu untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
***
Janardana membawa Keti masuk ke dalam hutan menjauh dari pasukan kerajaan. Setelah berlari beberapa lama, dia berhenti dan mengatur napasnya yang terengah-engah sambil membungkuk, lutut menyangga tangan. Setelah napasnya kembali normal, dia menegakkan tubuh, melenturkan otot-ototnya dan berbalik menghadap Keti.
"Aku rasa kita sudah aman dari mereka. Karena aku sudah menyelamatkanmu, kamu berutang padaku," katanya sambil nyengir lebar.
"Salah. Aku lagi sibuk mikir cara apa yang aku gunakan untuk menghabisimu," jawab Keti..
"Wow, apakah begini cara kamu memperlakukan sobat yang sudah menyelamatkan nyawamu, Nyi?"
"Sobat? Siapa bilang kita berteman?" Dalam sekejap mata ujung pedangnya menempel di tenggorokan Janar, "Jawab, siapa kamu dan mengapa kamu mengikutiku?"
Janar mengangkat tangannya, wajahnya terlihat puas, "Tenang, Nyi. Mengapa kamu tidak meletakkan pedangmu?"
"Jawaban yang salah,"Keti menggerakkan tangannya. Darah menetes dari luka kecil ke bilah pedang.