Dia melihat ke cermin siang dan malam---berjam-jam, jika itu yang diperlukan---dan berlatih.
Berlatih sampai otot-otot di pipinya kram.
Berlatih sampai dia menguasai mimik wajahnya sendiri.
Berlatih sampai Bayu yang satu ini---Bayu yang dikenal orang selalu bermuram durja---menjadi Bayu yang tersenyum, bahagia, dan ramah.
Beberapa minggu kemudian dia melihat Lila Dimaya membantu seorang wanita tua yang jompo turun dari bus.
Lila Dimaya memergoki Bayu sedang menatap dan berkata, "Mengapa kamu tersenyum?"
"Aku tidak tersenyum."
"Sama sekali tidak lucu. Tersenyum karena seseorang yang kurang beruntung darimu dan membutuhkan bantuan."
Bayu tidak tahu harus berkata apa.
Lila Dimaya merengut padanya. "Penderitaan orang lain membuatmu bahagia, ya?"
Hal-hal seperti ini terus menerus terjadi kini.