(6)
terbangun hanya dengan bunyi lonceng dari menara
jalan ke pemakaman gereja tulang belulang berbicara
semut hitam di makam terpesona aroma bunga
orang mati melalui angin sepoi-sepoi menyiulkan nada sedih.
(7)
hari mengatakan tidak pada nyanyian orang mabuk
mengundangku untuk mencicipi tuak busuk
mengolok-olok sebelum kutidur dua malam lalu
ingin lebih keheningan, tetapi waras adalah sifat buruk
(8)
menempuh jalan untuk sampai pada kenangan
yang menyebut namaku seolah tersesat
berusaha membawaku kembali ke masa kanak-kanak
bermain di pasir dan melahirkan seribu nama dalam sehari---
cekikikan di lelucon horor wajah-wajah
(9)
kutelah lihat mempelai pria mengucapkan sumpah
di depan pengantin wanita membalikkan punggung
pada cinta yang akan mereka buat
gantung diri di kamar sepi mengakhiri
yang baru saja dimulai, tapi inilah aku
mencari seorang wanita yang akan membiarkanku bepergian
dan tidak mengunciku keluar dari dua wilayah di bawah dada
(10)
nenek bilang cinta dimulai dengan senyuman atau kematian
melihatku bertarung dengan senyuman
yang dengan cepat menjadi air mata
mengalir dan mengalir dan mengalir
di wajah-wajah yang telah melihat kematian
satu lawan satu berjabat tangan dan bertanya
bagaimana ia bisa berjalan di jalan yang sama dengan cinta
(11)