Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 2)

2 Februari 2022   18:01 Diperbarui: 2 Februari 2022   18:06 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dia setinggi ini," kata Keti sambil mengangkat tangan di atas kepalanya, "dan botak dengan dua codet di pipi kiri. Dia pernah menjadi seorang prajurit bayaran."

Pemilik kedai menghela nafas dan mengerutkan alis, "Perempuan, apakah dia suamimu?"

Keti menatapnya tanpa berkedip. "Aku tidak punya suami. Aku datang ke sini mencari seseorang dan aku pikir kisanak bisa membantu."

Pria itu mengangguk dan mengelus janggutnya yang berantakan perlahan. "Kalau begitu aku tidak tahu siapa yang kamu bicarakan."

Keti melipat tangannya di dada dan menghela napas. Dia memasukkan tangannya ke keranjang rotan di pinggangnya dan mengeluarkan sebentuk cincin emas dan menyodorkannya ke hidung lelaki itu. "Sekarang, di mana dia?"

Lelaki itu menyeringai memamerkan gusinya yang ompong dan mengangguk. "Ada seseorang seperti itu. Dia pindah ke sini lima tahun lalu dan menjadi pandai besi. Dia satu-satunya pandai besi di sini. Seperti yang kamu lihat, desa ini dikutuk. Tidak ada yang ingin tinggal di sini, kalaupun ada yang bertahan karena tidak punya pilihan lain. Tidak ada uang, tidak---"

"Aku tidak punya waktu mendengar keluh kesahmu, kisanak. Di mana aku bisa menemukannya?"

Pria itu mendesis memamerkan gusi. "Pergilah ke arah sungai. Belok kiri," katanya sambil menunjuk dengan jarinya, "Di ujung jalan ada sungai dan persis di samping sungai itu ada bengkel Wesi Geni. Tak mungkin tersesat."

Keti menganggukkan kepalanya dan berbalik untuk pergi. Tatapan matanya segera mendarat pada seorang lelaki yang menutup wajahnya dengan caping. Lengannya bersedekap di perut dan dadanya naik turun perlahan. Dia tampak tertidur, tetapi Keti menyipitkan matanya padanya. Tatapannya bertahan selama beberapa detik dan kemudian dia menuju pintu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun