Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kursi Antik

1 Februari 2022   09:00 Diperbarui: 1 Februari 2022   09:06 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya melangkah maju dan visi itu hilang. Langkah saya yang goyah terseret ke kursi dan saya jatuh berlutut, dahi bersandar pada lengan kursi.

"Di sini dingin," kata saya pada kegelapan.

Terasa jari-jari lembut menelusuri rambut saya. Saya mulai, tetapi tidak ada seorang pun di sana.

Mungkin saya bodoh karena mencoba melepaskan diri dari kursi.

Saya duduk di sofa di seberang ruangan dan menatap benda tua itu. Ruangan akan terasa kosong tanpanya. Saya tidak bisa menggantinya begitu saja, tidak akan berhasil.

Tidak, saya akan menyimpannya. Kursi antik itu sudah menjadi bagian dari rumah.

Saya berdiri dan berbalik. Bulu-bulu kuduk saya ikut berdiri.

Saya merasakan tatapan sepasang mata menghunjam punggung saya. Saya tidak takut, tetapi jantung saya berdebar gugup.

Lebih dari sesaat berlalu, kemudian aku mendengar bunyi jarum rajut beradu.

Saya berbalik.

Bandung, 1 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun