Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tak Bisa Dicerna

28 Januari 2022   13:00 Diperbarui: 28 Januari 2022   13:40 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya salah satu---mungkin yang terakhir---dari manusia mutan yang secara genetik melahap selulosa dan tinta dengan mengesampingkan semua makanan lainnya.

Ketika Papa meninggal pada tahun 2021, saya membeli banyak buku koleksi Dr. Sam dan memindahkannya ke rumah tua yang ditinggalkan Papa, di Jl. Utan Kayu, di sebelah kuburan tempat dia sekarang beristirahat.

Sungguh luar biasa. Buku-buku menggunung dari lantai ke langit-langit di setiap kamar, di gudang, di loteng, bahkan melimpah memenuhi garasi saya yang bisa memuat emapt mobil.

Melahap buku-buku itu selama bertahun-tahun telah menjadi pengalaman yang luar biasa dan memuaskan, tapi sekarang dunia saya akan segera berakhir.

Tapi, izinkan saya menceritakannya dari awal.

Dr. Samsurizal adalah seorang dokter medis yang memiliki koleksi buku perpustakaan yang sangat besar. Namun, dia suka bersantai dengan semua jenis buku lucu, terutama koleksi kartun. Sam membual bahwa dia memiliki salinan dari hampir semua buku lucu yang dicetak dalam empat puluh tahun terakhir. Banyak di antaranya buku langkadan mahal, edisi lama yang sudah tidak dicetak lagi. Dia juga memiliki banyak koleksi halaman komik Poskota dan Kompas Minggu.

Istrinya, Sahara, adalah seorang insinyur komputer yang menjadi seniman. Dia suka bersantai dengan bacaan ringan---novel roman, silat, dan fiksi ilmiah. Di tahun-tahun terakhir mereka, keduanya menjadi sangat tertarik pada gaya hidup alami alternatif. Koleksi buku mereka yang luas mencerminkan minat profesional dan selera waktu senggang mereka.

Saya mulai dengan beberapa buku lama dari koleksi mereka, sejak dari mereka masih kuliah. Melahap kata-katanya dulu, lalu kertasnya, lalu jilid sampulnya adalah kesukaan saya. Buku-buku bertahan lebih lama seperti itu dan mencernanya cukup mudah.

Saya suka memulai sesi makan dengan beberapa halaman dari fiksi romantis, fiksi ilmiah, atau silat. Kata-katanya ringan dan berbusa dan mengalir dengan mudah dari kertas dan saya bisa mengunyahnya dengan mudah, seperti makanan pembuka yang enak.

Halaman buku teks kedokteran dan teknik menjadi hidangan utama yang bagus. Kata-kata umumnya lebih panjang dan lebih rumit. Struktur kalimatnya kompleks dan penulisannya sering kali ngawur. Kata-kata mengalir lebih lambat, tinta lebih cepat larut, dan buku-buku lebih kenyal, menjadikannya hidangan utama yang nikmat dan lezat.

Beberapa halaman dari buku-buku humor Dr. Sam---terutama koleksi kartun, dan buku-buku seni bergambar Nyonya Sahara berfungsi sebagai hidangan penutup yang luar biasa.

Ketika seseorang seperti saya mekahap buku, dia akan belajar untuk menghargai berbagai bentuk seni. Banyak buku tua, terutama komik Poskota dan Kompas Minggu, dicetak di atas kertas asam tinggi yang telah menguning dan menjadi rapuh selama bertahun-tahun. Tergantung pada subjeknya, kertas dan tinta lama membuat rasa yang menarik, kontras dengan buku-buku yang lebih modern yang dicetak di atas kertas bebas asam.

Buku yang dicetak di atas kertas glossy memiliki rasa yang lebih elegan, ditambah tinta berwarna memberikan nuansa yang bersahaja dan harum. Menyenangkan lidah sama pentingnya dengan menyenangkan langit-langit mulut.

Saya terutama menyukai buku-buku dengan tinta yang memberikan nuansa kayu manis dan kapulaga, meskipun kertas mengkilap sedikit lebih sulit untuk dikunyah dan dicerna.

Lalu apa yang tidak disukai dari buku-buku dengan kulit asli atau kulit imitasi? Makan itu sama dengan menyeruput martini yang enak setelah makan mewah---kenikmatan murni dan kehidupan yang baik. Tidak ada keraguan tentang hal itu.

Buku-buku tua yang dicetak ribuan dengan mesin cetak litograf halus menggunakan kertas berkualitas tinggi dan tinta printer mahal terasa lebih enak. Tinta dari mesin cetak lebih unggul dalam segala hal dibandingkan tinta dari printer inkjet. Tekstur dan rasa di lidah tinta printer tidak bisa diduplikasi dalam kartrid tinta.

Buku yang dicetak di tahun-tahun berikutnya, seperti buku on-demand yang dicetak dengan printer laser atau printer ink jet, dapat diterima, tetapi pengalaman bersantap yang dirasakan pasti lebih rendah. Namun, ketika persediaan menipis, pengorbanan harus dilakukan.

Minggu lalu, saya menyantap buku terakhir saya---Kamus Lengkap Webster. Kuarto tebal  72 gram dalam ikatan kain cokelat. Edisi kertas India, diindeks. Pelat warna, ilustrasi hitam putih.

Sungguh pesta untuk sarapan, makan siang, dan makan malam selama berminggu-minggu! Saya telah mempertimbangkan untuk menyimpan Encyclopedia Britannica untuk yang terakhir, tetapi entah bagaimana Webster menarik bagi saya. Bayangkan saja, setelah makan dan menyerap jutaan kata itu selama 50 tahun, saya bisa makan satu buku setebal 3194 halaman, ribuan kata! Dalam berbagai sesi tentunya. Saya menjadi semacam pencinta buku, bukan pelahap.

Sulit untuk menginjakkan kaki di luar rumah ketika tidak pernah lagi melakukannya selama bertahun-tahun. Namun, seseorang harus makan untuk bertahan hidup.

Saya tahu bahwa dunia akan berubah sejak terakhir kali saya keluar, tetapi saya belum siap untuk ini: TIDAK ADA BUKU CETAK!

Saya menemukan bahwa setiap toko buku di dunia telah tiada. Isi setiap perpustakaan di dunia telah didigitalkan, dan setiap buku cetak, kecuali beberapa buku di balik kaca anti peluru di museum, telah didaur ulang menjadi kertas toilet atau dikubur lama di tempat pembuangan sampah.

Majalah, surat kabar, pamflet iklan---bahkan memo kantor dan kertas kuitansi dengan thermal printer--- semuanya hilang! Tidak ada yang tersisa selain ebook.

Tidaaak!

Saya mencoba bertahan dengan memakan kardus makanan pesan antar, tetapi itu tidak akan cukup. Karton bukanlah pengganti kertas yang dapat diterima pencernaan. Saya harus mendapatkan kertas, tinta, dan kata-kata---banyak sekali---sebagai makanan. Hanya ada sedikit nutrisi di kotak pizza, dan bau sisa makanan pada kotak bekas membuat mual.

Apa yang harus saya lakukan?

Saya tidak bisa makan elektron. Chip silikon benar-benar tidak dapat dicerna. Saya tidak bisa menyerap tinta dari layar ponsel pintar atau tablet komputer dan menikmati rasanya. Kertas toilet tidak akan menggantikan kertas asli.

Dunia macam apa ini? Sama seperti buku-buku kesayangan saya, saya sudah kedaluwarsa. Lahir di era yang salah.

Saya menjadi lelah dan lemah. Malam ini saya akan beristirahat dan besok menyusul Papa ke liang lahat.

Bandung, 28 Januari 2022

Sumber ilustrasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun