Saya menemukan bahwa setiap toko buku di dunia telah tiada. Isi setiap perpustakaan di dunia telah didigitalkan, dan setiap buku cetak, kecuali beberapa buku di balik kaca anti peluru di museum, telah didaur ulang menjadi kertas toilet atau dikubur lama di tempat pembuangan sampah.
Majalah, surat kabar, pamflet iklan---bahkan memo kantor dan kertas kuitansi dengan thermal printer--- semuanya hilang! Tidak ada yang tersisa selain ebook.
Tidaaak!
Saya mencoba bertahan dengan memakan kardus makanan pesan antar, tetapi itu tidak akan cukup. Karton bukanlah pengganti kertas yang dapat diterima pencernaan. Saya harus mendapatkan kertas, tinta, dan kata-kata---banyak sekali---sebagai makanan. Hanya ada sedikit nutrisi di kotak pizza, dan bau sisa makanan pada kotak bekas membuat mual.
Apa yang harus saya lakukan?
Saya tidak bisa makan elektron. Chip silikon benar-benar tidak dapat dicerna. Saya tidak bisa menyerap tinta dari layar ponsel pintar atau tablet komputer dan menikmati rasanya. Kertas toilet tidak akan menggantikan kertas asli.
Dunia macam apa ini? Sama seperti buku-buku kesayangan saya, saya sudah kedaluwarsa. Lahir di era yang salah.
Saya menjadi lelah dan lemah. Malam ini saya akan beristirahat dan besok menyusul Papa ke liang lahat.
Bandung, 28 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H