Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kendali Hormon

22 Januari 2022   14:26 Diperbarui: 22 Januari 2022   14:36 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kereta sedang melintasi jembatan tinggi tinggi di atas sungai yang dalam ketika seorang berambut merah berseri-seri membuka pintu kompartemenku.

"Hai. Aku Bayu. Jendela di kompartemenku macet. Boleh aku menggunakan milikmu?" Dia bertanya.

Aku mengangguk tanpa suara karena terkejut.

Dia melintasi kompartemen dalam satu lompatan, membuka jendela, dan mengayunkan kakinya melewati ambang jendela. "Terima kasih!" katanya ceria, dan menghilang ke ruang kosong.

Teriakan euforia bergema di belakangnya. Aku berlari ke jendela yang terbuka dan melihat ke bawah. Mengapa?

Setiap detik Kendali Hormonku akan menendang, menurunkan keterkejutan dan keingintahuanku menjadi minat ringan yang dapat diterima nalar. Sebelum itu terjadi, aku melompat mengejarnya.

Segera saja aku menjerit ketakutan. Angin bersiul di telingaku, napasku sesak, bahkan tidak bisa bernapas. Aku bisa merasakan darahku berpacu di pembuluh nadi dan jantungku berdetak kencang menghantam dada.

Dan tubuhku bertemu air sungai yang mengalir deras. Aku merasa ketakutan dan kepanikan dan banjir adrenalin. Emosi yang belum pernah kurasakan dalam hidupku yang terkendali. Belum pernah aku merasa sebaik ini.

Pada saat kami berdua sampai di pantai, Kendali Hormon kami melepaskan bahan kimia yang menenangkan.

"Kenapa kau melompat mengejarku?" tanya Bayu, mengibaskan air dari rambut cokelatnya. "Setelah mengalami lonjakan emosi yang ekstrem seperti itu, kamu akan menjadi zombie selama berjam-jam."

Aku bisa merasakan Kendali Hormonku bergumam, membuatku mati rasa, dan aku tahu aku hanya punya sedikit waktu untuk mengajukan satu pertanyaan sebelum emosiku lenyap sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun