Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghapus Noda

17 Januari 2022   09:00 Diperbarui: 17 Januari 2022   09:01 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
partner.sciencenorway.no

Dengung mesin meredam suara anak-anak yang berlarian, dan suara TV yang menggelegar di ruang keluarga, tempat Bayu duduk saat ini, makan eskrim cokelat yang dibuatnya untuk dirinya sendiri dengan terlalu banyak cokelat dan sirup. Pasti akan ada noda menempel di baju kaosnya, menciptakan tantangan mencuci lagi untuknya nanti.

Dia menghela napas panjang. Setidaknya Bayu gampang ditebak.

Anak-anak adalah cerita yang sama sekali berbeda. Mereka ahli dalam menciptakan kombinasi noda yang akan mengalahkan tukang cuci amatir. Noda rumput ilalang, lumpur, minyak, darah dari lutut dan siku yang tergores....

Dan selalu pada kain berwarna terang, hanya untuk menambah tingkat kesulitan.

Tapi apakah mereka pernah memperhatikan keajaiban mencucinya ketika mereka mengeluarkan pakaian dari lemari nanti?

Tidak, tentu saja tidak!

Mereka hanya memakainya lagi dan langsung kembali ke dunia yang berbahaya dan kotor untuk mengumpulkan lebih banyak noda kotoran dan membawanya pulang.

Dia menghela nafas lagi dan menatap tumpukan rapi yang baru saja dia selesaikan di atas mesin pengering. Sangat rapi, sangat terorganisir.

Tanpa menyentuhnya, dia masih merasakan kelembutan hangat dari kain di tangannya saat dia menarik pakaian dari pengering satu per satu untuk dilipat.

Bagaimanapun, itu adalah hadiahnya, beberapa saat ketika pakaian itu sempurna kembali, seperti baru.

Tidak, sebenarnya lebih baik dari baru. Kacaunya kehidupan hilang, meski hanya sebentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun