Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penipu vs Penyihir

16 Januari 2022   14:00 Diperbarui: 16 Januari 2022   14:59 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hanya jika kamu menolak hadiah ini."

Hanya satu dua tawa lemah dan tidak ada lembaran uang jatuh.

Luna mengambil mawar itu. "Sihir seharusnya menyakitkan. Begitulah cara yang benar."

Draco menyeringai. "Siapa yang mengajarkan petuah bijaksana itu padamu?"

Luna mendengus. "Semua guru. Semua buku. Sihir tanpa pengorbanan hanyalah ilusi. Dan itulah yang kamu jual. Kalian semua sudah ditipu. Inilah sihir yang sebenarnya!"

Draco mengangkat tangan hendak mencegah , tetapi Luna memejamkan mata dan mulutnya berkomat-kamit. Plastik ungu memancarkan sinar putih menyilaukan, meredup dan berubah menjadi hijau saat duri keluar dari batangnya dan kelopaknya melunak menjadi helai merah. Mawar asli.

Luna mengendus dan terbatuk-batuk. Setetes darah muncul di sudut bibirnya.

"Lihat? Bisakah kamu melakukan itu? Nah, bagaimana dengan ini?" Dia menekan batang mawar ke bibirnya, jari-jari memegang duri, dan mulai melantunkan lagu mantra. Kelopak bunga berubah menjadi kupu-kupu ungu, hinggap di kotak dan menodai tumpukan uang kertas dengan darah.

Ketika lagu itu berakhir, mawar pun mati.

Luna menjatuhkan batang bawar di kotak uang, perutnya mulas tapi hatinya puas.

Kerumunan mengambil kembali uang mereka dati kotak  dan menepuk pundaknya, sebelum membubarkan diri ke jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun