Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penipu vs Penyihir

16 Januari 2022   14:00 Diperbarui: 16 Januari 2022   14:59 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Draco menyibak jubah panjangnya, memperlihatkan sabuk dengan dua sarung pistol putih, masing-masing berisi gagang pistol ungu.

"Sabun gunanya untuk yang kotor-kotor. Apakah kalian ingin melihat sihir gelembung yang menakjubkan?"

Dengan cepat dia menarik pistol dan menembak tinggi ke udara. Terdengar suara mendesis. Kabut menyembur ke langit. Asap itu berpilin menjadi sebelum Draco melesakkan pistol kembali ke sarungnya. Dia menghirup membuka mulutnya, menghirup asap hingga pipinya menggelembung, lalu menjentikkan rahangnya dengan jari telunjuk kurusnya lima belas kali. Tiga belas gelembung asap keluar dari mulutnya, mengambang berdampingan. Draco bertepuk tangan dan gelembung meledak menjadi susunan huruf.

JANGAN DUIT RECEH.

Tepuk tangan bergema dan semakin banyak uang kertas jatuh ke dalam kotak.

"Penipu!"

Luna merapikan seragam Akademi Sihir Wokheart-nya dan menggosok lencana PENYIHIR 3 BINTANG di lengan kirinya. "Itu hanyalah tipu muslihat. Kamu seorang penipu."

Draco tersenyum. "Memang. Bapakku Draco si Penipu Kawakan. Aku Penipu Pemula. Bagaimana dengan sekuntum mawar untuk satu senyuman?"

Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam lubang lengannya dan menarik dua buah tongkat, lalu mengadukan keduanya bersama-sama yang meledak menjadi mawar plastik ungu nan cantik sempurna.

Tersenyum tulus, dia menyerahkannya kepada Luna.

Kerumunan ternganga saat Luna mencibir, berpangku tangan. "Apakah itu menyakitkan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun