Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Syarat Ketentuan Pengembalian Barang

15 Januari 2022   20:43 Diperbarui: 15 Januari 2022   20:49 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Astaga!" seru Laura.

"Memang, Nyonya. Tapi perusahaan kami tidak akan pernah melakukan praktik yang tidak menyenangkan seperti itu. Yakinlah bahwa bahkan komponen dasarnya akan didaur ulang."

Pikirannya menghindar kata 'daur ulang'. Laura sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak perlu mengetahui detailnya. "Bagus sekali," katanya keras-keras, tapi kemudian dia tidak tahu harus berkata apa lagi, atau melakukan apa.

Dia sudah merencanakannya dengan matang, tapi ini adalah momen yang tidak pernah bisa dia bisa latih.

"Kapan pun Anda siap, Nyonya. Jika Anda mau, mungkin secara...?"

"Tidak. Tidak ada gunanya menundanya." Dia menarik bocah itu dengan canggung ke dalam pelukannya, merasa bahwa dia mampu menjadi sedikit sentimental sekali ini saja.

"Sini, Fico. Cium Mama." Fico memegangi wajah Laura dengan tangannya, satu telapak tangan yang basah menempel di masing-masing pipi yang memerah. Dia mencoba untuk tidak peduli saat merasakan riasannya berantakan.

"Fico anak baik kan, Ma?" tanya si bocah dengan nada cemas.

Laura menekan kebencian yang membuncah di dadanya. Kalau saja bocah itu tidak menimbulkan begitu banyak masalah, tidak begitu menuntut....

Tidak, dia tidak ingin memikirkan itu sekarang.

"Fico anak baik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun