Saraswati, pakar paranormal, memasuki markas Polres dan bertanya, "Apa yang bisa saya bantu kali ini, Detektif Sanjo Kaimano?"
Detektif Sanjo Kaimano berbalik dan mengusap rambut hitamnya yang ikal. "Aku pikir kamu mungkin ingin berbicara tentang ini sejak awal, Nona Profesor Doktor Saraswati. Kamu sudah diterima menjadi anggota tetap tim di sini."
Dia tersenyum. "Kalau begitu, panggil saja saya Saras."
"Saras." Sanjo membalas senyumannya, lalu melambai padanya menuju ruangan tertutup tempat para tersangka diinterogasi. "Ngomong-ngomong, aku memperhatikan kamu."
"Memalukan, ya?"
Pipi Sanjo memerah. "Maksudku, aku bertanya-tanya tentang kamu. Kamu profesor mitologi di universitas."
"Saya mengajar beberapa mata kuliah," katanya. "Tapi kebanyakan, sih, melakukan penelitian non pemerintah."
"Apakah penelitian itu mencakup kehidupan pribadimu?"
Dia menatap Sanjo dengan mata bersinar. "Masih mencoba mencari tahu makhluk mitos macam apa saya ini?"
Sanjo merentangkan tangannya. "Aku seorang detektif. Menyelidiki adalah bagian  pekerjaan."
"Kalau begitu, Anda harus terus mencari, Detektif Sanjo. Anda mungkin telah belajar sedikit tentang saya, tetapi itu tidak berarti saya akan memberikan sisanya."
Mereka memasuki area observasi melihat ke dalam ruang interogasi. Di dalam, seorang pemuda kurus duduk di meja kosong. Jari-jarinya terjalin satu sama lain dalam simpul yang rapat. Tumitnya memantul di lantai. Lubang hidungnya melebar. Matanya melesat dari dinding ke dinding bagai hewan yang terperangkap.
Sanjo berbicara pelan. "Dua minggu lalu, seorang mahasiswi di kampus dibegal di luar asrama."
"Saya ingat pernah mendengar tentang itu," kata Saras. "Penyerangnya menggigit dan mencakarnya sebelum kabur dengan dompetnya."
Sanjo mengangguk. "Dia sembuh secara fisik, tetapi kami tidak dapat menangkap penyerangnya. Dia mengatakan terlalu gelap baginya untuk melihat detail identitas, atau bahkan menentukan spesies penyerangnya. Namun, kemarin, kami mendapat ping dari ponselnya, dan melacaknya ke Gala." Dia mengangguk ke kaca satu arah. "Dia punya ponsel, dompet, semuanya."
Saras mengamati pemuda yang gugup itu. "Biar saya tebak. Dia mengaku menemukan dompet itu ditinggalkan di suatu tempat."
"Ya."
Di ruang interogasi, Gala bangkit dari kursinya dan mulai berjalan mondar-mandir. Dia mengusap tengkuknya. Ketika membuka telapak tangan, beberapa helai bulu tumbuh di lehernya.
"Apa dan siapa dia?" tanya Saras.
Alis Sanjo naik. "Kamu tidak tahu?"
"Banyak dari kita memiliki bulu, Detektif. Memperkecil kemungkinan, tapi tetap masih kurang cukup."
"Jangan sungkan untuk memanggil aku Sanjo. Dan kamu bilang 'kita.'"
Saras tertawa kecil. "Sepertinya begitu. Hanya itu petunjuk yang Anda dapatkan hari ini, Sanjo."
Sanjo menyeringai sebelum merendahkan suaranya lebih dalam. "Dia manusia serigala. Jenis tradisional, bukan jenis yang bisa berubah sesuka hati. Malam ini bulan purnama, jadi jika kita akan memastikannya sebelum dia dipindah ke tahanan khusus. Sayangnya kita tidak memiliki bukti kuat yang menghubungkannya dengan kejahatan itu."
"Itu karena dia tidak melakukannya," kata Saras.
Sanjo mengerutkan kening. "Bagaimana kamu bisa begitu yakin?"
"Bulan purnama."
Detektif itu memejamkan matanya, berpikir.
"Tentu saja. Jika terlalu gelap bagi korban untuk melihat penyerangnya, berarti tak ada bulan sama sekali dua minggu lalu. Dan jika bukan bulan purnama, manusia serigala kita tidak akan berada dalam bentuk serigalanya. Yang berarti dia tidak mungkin meninggalkan gigitan dan goresan pada korbannya."
Saras mengangguk. "Saya pikir Anda sedang mencari animagus atau shapeshifter, atau bahkan mungkin serigala sungguhan. Tapi Anda bisa melepaskan Gala dengan aman supaya dia bisa nyaman di rumah selama bulan purnama."
"Bagaimana denganmu? Apakah kamu punya rencana bulan purnama?"
"Apakah Anda mengajak saya kencan?"
Mata Sanjo melebar malu. "Aku, eh..."
"Tidak," kata Saras. "Saya belum punya rencana. Anda bisa mencoret makhluk-makhluk moonspell dari daftar kemungkinan Anda." Saras diam menunggu penuh harap.
Sanjo berdeham. "Kalau begitu, bagaimana kalau malam ini kamu dan aku candle light dinner di resto Full Moon?"
Saras tersenyum manis. "Dengan senang hati."
Bandung, 9 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H