musim tanah berubah menjadi lumpur
sidik jari membatu jmenjadi fosil amonit
kasut kecokelatan menyerupai kentang
jejak mempunyai pengikut seperti rasul
kedai runcit sedia hangat kita
permen dan juadah tumbuh di penangkaran
di kulit kepala air mata dewi Sri meleleh
rambut keriting bergoyang zumba
aku mengembara kesepian bak awan
mencarmu sebanyak kesempatan memungkinkan
ini tragedi musuhku yang ditugaskan
kamu selalu menghindari penawaran
yang dibayangkan John Longfellow dan Amir Hamzah
racun membawaku ke situs tanpa ada obatnya
hari demi hari jika ku mati meski sedikit
cinta tak berbalas di bawah injakan tumit
di jiwaku berat kaku yang membebani
ketidaknyamanan yang gagal dihindar
kemudian kamu menjadi penampakan
sangkal daku dengan tembakan penyesalan
kamu di mana-mana dan tidak di mana-mana
kecuali di pelukan lelaki lain
Jam pulang sekolah seperti pemanggilan arwah---
dihabiskan untuk mendengarkan pujian penjilat yang menjijikkan
"Mencintaiku, tidak mencintaiku."
tawar mawar di ujung landasan ke Peshawar
bergulat dengan keinginan sia-sia
ikan yang mengambang tanpa siripnya
takdir jatuh terbakar pedih penolakan
bagaimana cara orang sekarat menyerap oksigen?
kapan pesulap membuat udara menjadi merpati?
akrab dengan sensasi,
hanya itu yang kurasakan saat kamu berjalan
melewatiku di lorong kegembiraan
mati rasa seolah kita sudah berbicara
dan ketika dirimu menekan dinding
survei realita via dunia maya
jiwaku tergores di dada siaga berlaga
jarena cinta membuat hati menjadi kerawang
pada hari dingin bibirmu berkilau matahari
latar cakrawala merah kuning oranye jingga
Bandung, 9 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H