Badanku basah kuyup oleh keringat. Aku tidak berani menanggalkan pakaianku untuk tidur, bahkan di sini. Memikirkan kapan gerbang logam terbuka dan tidak dapat memutuskan apa yang lebih menakutkan: menemukannya tidak bergerak di tanah, kulit tercemar, tetapi tidak sebelum virus itu melakukan tugasnya? Atau dia masih hidup, bernapas, melangkah ke arahku, siap untuk menarikku ke dalam pelukannya?
Aku akan memintanya untuk melakukannya dengan perlahan. Satu sentuhan tanganku yang tanpa sarung tangan menggenggam tangannya, selama kami bisa berdiri untuk saling berpegangan.
Selama ini, sentuhan berarti kematian. Sekarang mungkin itu berarti sesuatu, seperti kehidupan, yang membuatku semakin takut.
Terdengar suara berderit. Pintu logam terbuka perlahan-lahan.
Aku menunggu.
Bandung, 3 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H