Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sentuhan

3 Januari 2022   22:48 Diperbarui: 4 Januari 2022   06:34 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badanku basah kuyup oleh keringat. Aku tidak berani menanggalkan pakaianku untuk tidur, bahkan di sini. Memikirkan kapan gerbang logam terbuka dan tidak dapat memutuskan apa yang lebih menakutkan: menemukannya tidak bergerak di tanah, kulit tercemar, tetapi tidak sebelum virus itu melakukan tugasnya? Atau dia masih hidup, bernapas, melangkah ke arahku, siap untuk menarikku ke dalam pelukannya?

Aku akan memintanya untuk melakukannya dengan perlahan. Satu sentuhan tanganku yang tanpa sarung tangan menggenggam tangannya, selama kami bisa berdiri untuk saling berpegangan.

Selama ini, sentuhan berarti kematian. Sekarang mungkin itu berarti sesuatu, seperti kehidupan, yang membuatku semakin takut.

Terdengar suara berderit. Pintu logam terbuka perlahan-lahan.

Aku menunggu.

Bandung, 3 Januari 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun