Aku melepaskan irisan lemon dari tanganku dan mengerutkan kening.
 "Umumnya laki-laki yang menginginkan hubungan yang serius. Ada yang tidak."
"Seharusnya laki-laki jujur mengatakan apa maunya."
Aku menambah kerut di kening dengan mengangkat alis tinggi-tinggi. "Maksudmu, seperti... 'Hei, sayang, aku hanya ingin tidur bareng dan goodbye kemudian'?"
Sisil tertawa. "Mungkin tidak persis sepeti itulah. Tapi percaya atau tidak, tidak semua gadis mencari calon suami di setiap kencan."
Dia menenggak habis vodka toniknya sampai tetes terakhir. "Yang aku maksud bohong seperti janji akan menelepon padahal sama sekali enggak ada niat untuk ketemu lagi. Itu maksudku."
Aku mengisi gelas dengan es dan mengaduk rum dan cola.
"Semua orang menginginkan kejujuran. Tetapi terkadang jika mereka melakukan kebohongan bukan berarti mereka berniat jahat. Mungkin mereka hanya tidak ingin menyakiti hati kamu aja."
"Jangan pura-pura berlagak menghiburku kalau kamu tak lebih dari seorang pengecut."
Aku terkejut dan berkedip kaget. "Maaf kalau aku salah."
Aku memeras lemon ke dalam gelas di depanku, mencelupkan dua sedotan plastik dan mendorongnya ke arah Sisil.