Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 34: Hari Pertama Sekolah Tatap Muka

5 Desember 2021   07:57 Diperbarui: 5 Desember 2021   08:12 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Istimewa/IMDB 

Malam sebelum sekolah tatap muka dimulai, aku dan putraku menonton 'Like Star on Earth' di laptop, duduk berdampingan di meja ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur.

Menonton akting Aamir Khan, membuatku membayangkan diriku dengan kaki menjepit pinggang guru anakku, dan dia mendorong dengan penuh semangat.

"Mama cuci piring dulu," kataku, "kamu nonton sendiri aja, ya."

Aku membuka keran wastafel, dan mendengar Aamir Khan berkata "Aku ingin menghabiskan sisa usiaku denganmu." Wajah Aamir Khan berjerawat karena puber, tubuhnya kurus jangkung, ketika dia mengajakku menyelinap keluar lewat jendela kamar malam itu untuk menemuinya di pantai pasir hitam.

"Pak gurunya baik ya, Ma?" tanya anakku, hanya rambut ikalnya yang terlihat menyembul di atas layar laptop.

"Tentu," kataku, memasukkan piring makan ke dalam air sabun.

Setiap malam yang tersisa dari liburan aku bertemu dengannya setelah gelap, minum minuman bersoda langsung dari botol seperti orang bule dalam iklan sebelum kami melepas pakaian dan berlari memeluk ombak yang dingin. Kami saling menghangatkan setelahnya. Pasir menempel di tubuh kami yang basah.

Setelah selesai membereskan dapur, aku menyuruh anakku untuk mematikan laptop.

"Sudah waktunya tidur, Sayang. Besok hari pertama sekolah."

Pagi masih buta. Aku bertanya-tanya apakah aku sudah benar-benar siap. Berias untuk pertama kalinya sejak pandemi, berjongkok di depan cermin genggam di kamar tidur sementara anakku menyikat giginya di kamar mandi.

Saat giliranku ke kamar mandi, aku melihat diriku di cermin berukuran penuh, dan melangkah mundur melihat bayanganku yang seperti badut. Aku menghapus riasanku, membiarkan mataku berbingkai merah dan bengkak seperti habis menangis.

"Ayo, Ma, jangan sampai telat," katanya, seolah-olah dia yang menjadi orang tua dan aku anaknya.

Kami bergabung dengan antrean orang tua dan anak di gerbang sekolah. Dua orang petugas sekolah memegang thermo gun dan hand sanitizer spray.

Saat kami sampai di kelas, pintu sudah terbuka.

"Bye, Ma," anakku berteriak, dan dia masuk ke dalam kelas. Ini pertama kalinya dia meninggalkanku tanpa menginginkan ciuman atau pelukan selamat tinggal.

Aku berdiri diam di tengah lautan anak-anak dan orang tua, sampai aku mendengar namaku disebut.

"Karin? Karin! Kamu Karin, kan?" kata guru anakku dari balik masker.

"Ya, ini aku."

"Oh, senang sekali melihatmu," katanya.

"Ah, yang bener?"

"Sumpah. Eh, aku harus masuk kelas," katanya, tangannya nyaris menyentuh lenganku, tapi kemudian menariknya kembali. "Tapi nanti kita jumpa lagi setelah jam sekolah, kan? Mungkin kita bisa ngobrol sambil ngopi?"

Otakku mengingatkan bahwa aku tidak pernah mendengar kabar darinya lagi dan telah melakukan segalanya sendirian selama tujuh tahun terakhir, tetapi hatiku mendesak keluar kemungkinan-kemungkinan lain.

"Ide yang bagus," kataku, senyum ragu-ragu muncul di wajahku. "Sampai jumpa sepulang sekolah."

"Oh," katanya, "omong-omong, anakmu yang mana?"

"Kamu akan tahu," kataku. "Begitu kamu melihat wajahnya, kamu akan tahu."


Bandung, 5 Desember 2021

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun