Aku akan membalas dendam. Aku akan menunggumu menangis. Maskara hitam mengalir di wajahmu menjejak seperti tinta, hanya menyisakan surat cintaku di pipimu.Â
Kunci membuka kantung benih di dalam perutku. Menumbuhkan anggota badan di tengah tulang, otot, ligamen, dan persendian. Menonjol di antara tulang rusuk dan tulang belakang, merayap di dalam tenggorokanku. Cabang-cabang menebal dan menua dengan setiap tarikan napas paru-paruku tertusuk akar yang menggali.
Aku diam tak berteriak.
Aku menunggumu untuk bicara atau teriak, tetapi kamu tidak mengatakan apa-apa. Pohonmu adalah racun, meledak di mulutku, mengupas dagingku dengan sulurnya yang lebar dan cabangnya yang terentang. Tidak ada yang tersisa dariku selain pohon dedalu dan rumah kosong kesepian.
Baru setelah itu kamu tersenyum.
Bandung, 14 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H