Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 21: Bukan Mantan Gebetan Biasa

5 September 2021   10:37 Diperbarui: 5 September 2021   10:37 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu pesta, sebatang rokok di tangan, gaun berpayet yang memantulkan cahaya lampu sorot.

Ada tangan yang menepuk bahumu, tapi kamu tidak menoleh. Sebuah suara---suaramu---berbisik, dan sebuah tangan terulur di atas bahumu menunjuk seorang pria di seberang ruangan.

"Dia orangnya," kata suaramu.

Kamu menyesap asap rokok, membawanya dalam-dalam masuk ke alveolus paru-paru.

Dia tinggi kurus. Wajahnya yang tirus membuatmu penasaran. Jadi itulah bibir yang akan kamu cium, tangan yang akan membelaimu, mata yang akan membuatmu mengerti dunia.

Masa depanmu hadir seperti kamu melihatnya dari kaca spion. Terlihat jelas bagai spesimen ditilik dengan mikroskop laser, sangat dekat bagai diintip dengan teleskop bintang.

Hal-hal terdekat tampak jauh tak terjangkau.

Lampu strobo berkedip membuat ilusi pecah berantakan. Rokok berganti sikat gigi, gaun berpayet bertukar daster usang. Dia tak lagi di depanmu, tetapi di belakang, melihat kamu di cermin sedang menggosok gigi.

'Kalian' telah menjadi telah menjadi 'kita' selama lima belas tahun sampai hari ini. Malam ini dan malam sebelum ini  adalah malam di rumah, secangkir kopi dan makan malam sambil menonton berita di televisi. Malam ini, setelah ini, akan menjadi tempat tidur 'kita'. Bibir, tangan, mata, dan kemudian tidur panjang yang lelap.

Di pesta itu tidak ada yang menepuk pundakmu untuk menunjukkan dia. Kamu menghampirinya, dan ketika kamu menyapa, belum ada kepastian bahwa hidup kalian akan mengarungi masa lebih dari satu malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun