Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tebak-Tebakan

9 Agustus 2021   21:34 Diperbarui: 10 Agustus 2021   06:07 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tahu! Apakah itu cincin?" tanyaku penuh semangat.

"Kau bisa menebaknya, Deli! Sekarang aku harus menepati janjiku."

Aku memperhatikan dengan seksama saat Kakek mengeluarkan tangannya dari saku. Di dalamnya berkilau lingkaran emas dengan berlian kecil. Aku tahu cincin itu!

"Kakek ingin kamu memiliki ini. Itu adalah cincin nenekmu, satu-satunya yang bisa kuberikan saat menikahinya."

Aku tertegun kehilangan kata-kata.

"Kakek, aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak bisa menerimanya."

"Deli, hari-hari Kakek tak banyak lagi yang tersisa, tetapi Kakek ingin mengingat momen ini selama Kakek bisa. Kakek senang bisa memberikan cincin itu kepadamu, dan Kakek tahu Nenek pasti setuju. Kamu takkan pernah tahu betapa banyak kebahagiaan yang kamu berikan kepada kami selama bertahun-tahun dengan kunjungan dan panggilan telepon yang memberi tahu kami tentang petualanganmu di seluruh penjuru dunia. Kamu punya bakat mengubah cerita sederhana menjadi kisah luar biasa yang kami-Kakek dan nenekmu-nikmati dengan gembira. Itu sebabnya Kakek ingin kamu mendapatkan hadiah ini dari kami. Nenekmu datang dalam mimpi Kakek akhir-akhir ini, dan Kakek tahu bahwa Kakek akan segera bersamanya. Jadi, Kakek mau kamu memahami betapa berharganya kamu bagi Kakek. Kakek menyayangi, Deli. Jangan pernah lupakan itu."

Pada saat itu, semua tahun kemarahan yang kupendam pada takdir tersapu, dan sebagai gantinya kebahagiaan yang murni. Jelaslah, hadiah yang sebenarnya adalah setiap detik yang kuhabiskan bersamanya, melihat matanya yang berbinar, dan mendengar gelak tawanya.

Jiwaku merasa disucikan dari semua kegetiran, dan hatiku lebih ringan dari tahun-tahun sebelumnya.

Aku merasa yakin bahwa nenek memiliki andil dalam merekayasa ini, termasuk percakapan jernih terakhir dengan kakek, yang bergabung dengannya beberapa hari kemudian.

Bandung, 9 Agustus 2021

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun