Aku menatap cermin, berharap apa yang kulihat salah. Berharap ini hanyalah mimpi buruk yang kacau.
Tapi tidak. Mataku mengatakan yang sebenarnya.
Lengan kurus pucat telah digantikan dengan mekanisme yang dirangkai dengan mur dan baut anti karat. Pompa elektronik dan filtrasi oksigen yang memungkinkan aku bernapas. Bahkan ketika aku menyentuh tubuhku yang berlapis logam, aku tidak merasakan apa-apa. Tidak ada apa-apa selain logam dingin dan pikiran alam sadar yang membara karena kehilangan dan kesedihan.
Cairan elektroda dan serat optik menggantikan darah dan pembuluh darah---yang menopang tubuhku dan membuat aku tetap hidup.
Aku .... mati?
Apakah bagian dari diriku yang telah hilang dan digantikan dengan mesin tetap membuatku disebut manusia?
Aku mengepalkan jari-jari, membentuk tinju besi, menghasilkan bunyi berderit yang menyiksa dari gesekan logam yang membentur telapak tangan. sensor suara menangkap denting hujan yang teredam lembut saat mengetuk kaca jendela. Rasanya seperti berada di semacam penjara, tersembunyi dari dunia luar.
Apakah aku ini? Jiwaku terkunci di kelindan kabel kusut, baris koding program, jaringan platinum alloy dan serat baja ringan.
Kalian seharusnya membiarkanku mati, bajingan!
Amarah menggelegak dalam diriku bagai lahar panas. Tinjuku menghantam cermin di depanku sehingga hancur menjadi dua ribu tujuh ratus empat puluh sembilan keping.
Kamu adalah langkah selanjutnya dari evolusi kita sebagai spesies, kata mereka. Kamu mewakili masa depan umat manusia.