Setelah mengenal salah satu varian sonnet, yaitu Shakespearean sonnet, daur sonnet (sonnet cycle) sekaligus crown sonnet pada tulisan Bermula dari Canda Biasa yang lalu, kini penulis mengajak pembaca untuk mengenal bentuk asli sonnet, yaitu Italian sonnet atau lebih populer dengan sebutan Petrarchan sonnet. Francesco Petrarca (20 Juli 1304 -- 19 July 1374) adalah seorang pemikir dan penyair Italia, juga dikenal sebagai bapak humanisme.
Petrachan sonnet terdiri dari 1 oktet (stanza 8 baris) yang terdiri dari 2 quatrain (stanza 4 baris) dan 1 sestet (stanza 6 baris) yang terbentuk dari 2 terset (stanza 3 baris). Setiap baris terdiri dari 10 suku kata. Pola rima oktet adalah abba abba. Â Adapun pilihan pola sestet: cdd cde, cdc cdc atau cde cde . Oktet sebagai proposisi yang mendeskripsikan permasalahan, sedangkan sestet sebagai resolusi masalah. Baris ke sembilan yang menandakan perubahan pola biasa disebut volta.
Redouble sonnet adalah rangkaian sonnet (sonnet sequence) yang terdiri dari 15 sonnet. Sonnet terakhir (sonnet 15) terdiri dari baris awal ke-empat belas sonnet secara berurutan.
Petrarchan Redouble Sonnet berikut adalah karya penulis.
Â
Legenda Sirastanenia
 (1)
dalam seribu tahun bersambung
kerajaan tumbuh hilang sirna
tapi tidak sirastanenia
tetap berjaya di mega mendung
  rakyat makmur sentosa terlindung
  pasukan raja jaya perkasa
  tak sekalipun dalam bahaya
  sirastanenia sungguh agung
tak ada yang abadi, nyatanya
seperti dalam kisah berikut
dari sumber sejarah diakui
  tentang akhir sirastanenia
  tenggelam dalam kabut kemelut
  tambo berdarah tentang suksesi
(2)
langit menyusun rasi ke barat
ketika chaka rag suku barbar
memimpin pemberani berlayar
menggenggam janji sepenuh niat
  menyusur pantai berpasir coklat
  merapat di teluk pusat bandar
  pasukan chaka rag suku barbar
  rakyat bandar takluk tak semangat
sang penakluk jaya terus lanjut-
menjarah, menyerbu; alir darah
menyebar terror dan rasa segan
  perlawanan musuh yang terkejut;
  pun tak berarti, semua kalah
  badai gurun chaka rag: sang macanÂ
(3)
penyusun sejarah bermaklumat
awal mula orde chaka agung
sirastanenia, semenanjung-
sebelas perdikan, jauh dekat
  milenium lalu dengan cepat
  budaya tertinggi adi luhung
  rakyat makmur wisatawan gandrung
  ahli sejarah pada sepakat
yang tampak di permukaan bukan-
kebenaran; yang coba dibenam
bawah tanah diam mulai bangkit
  rakyat miskin banyak bertebaran
  pejabat korupsi uang haram
  ujung timur mewabah penyakit
(4)
di puncak piramid sabit lengkung
bulan purnama tahun samteba
para pendeta berembuk cara
mengusir wabah di timur ujung
  pendeta tertinggi hidung mancung
  hatinya dengki mengejar tahta
  ingin kuasa segala cara
  kesempatan tiba,  raja berkunjung
o, raja agung chaka penerus!
wabah dari timur bergerak maju
kulit terkupas tulang terlepas
  perlu tindakan sangat serius
  baginda raja, bijak selalu
  putri selija, kurban yang pantas!
(5) Â
gadis perawan tutup kerudung
selija stenia sang rembulan
kembang tercantik seluruh taman
cahaya mata sinar lembayung
  bersenda gurau di taman gantung
  bertemu kelana tersesat jalan
  pandang bertemu, kelana tampan;
  putri jelita, cinta bersambung
cinta bersemi di taman asri
antara putri-rakyat jelata!
terlarang di semua daratan
  lima pengawal datang berlari
  membawa tali anyaman jala
 untuk menjerat leher sang tampan
(6) Â
terbebas dari tali penjerat
ditebas  belati kelana sakti
menembus gerbang, terus berlari
tertinggal kalung lambang syarikat
  putri selija jeli mengamat
  kalung dipakai di dekat hati
  ketika rindu tidak terperi
  kalung kekasih jadi pengobat
malam menjelang, saat klandestin-
serbu istana; obor menyala
api berkobar sampai ke langit
  putri selija berbaju satin
  nyaris terbakar api membara
  tangan disambar; putri menjerit
(7)
pahlawan bertopeng sang penyelamat
memacu kuda; menembus malam
putri selija hanya terdiam
dipeluk pinggangnya sangat erat
  bulan sembunyi, gelap memekat
  menderap kuda di dalam kelam
  selija meraba satin bersulam
  kalung tersimpan jadi azimat
o, sirastanenia! negeri
sebelum milenia ke dua
kerajaan 'kan sirna tenggelam
  murka keji pendeta tertinggi
  hendak kuasa mengganti raja
  kelak memimpin secara kejam
(8)
sebagai tanda sebentuk kalung
berkilau; sinar bulan kembali
penunggang bertopengpun berhenti
mengenal tanda syarikat lindung
  bertanya ia, nadanya bingung
  putri selija, putri sejati
  kalung kemilau di batas hati
  padamu itu, milik si sulung?
kenalkah engkau pada pemilik-
kalung lindung melingkar ini?
penuh berharap; tanya selija
  padanya aku adalah adik,
  saudara yang hilang hingga kini
  tugas suciku menemuinya
(9)
airmata perawan nan suci
mengalir jernih di sudut mata
titik temu lelaki dicinta
mentari mulai menerang hari
  pendeta bulan sabit tertinggi
  melancarkan kudeta berdarah
  lelaki bertopeng dibayar murah
  untuk menculik selija putri
setelah tahu saudara kandung
kekasih selija taman asri
pria bertopeng membebaskannya
  para satria syarikat lindung
  siap menempur pendeta tinggi
  yang menyandera ratu dan raja
(10)
mengalir tak sudi di tinggal
selija memohon ikut serta
tekad baja; demi ayah bunda
bibir mengatup, tinju terkepal
  fajar menyingsing, menyebrang kanal
  kuil sabit lengkung tak siaga
  syarikat lindung; bela negara
  satria chaka rag nan terkenal
raja mangkat dalam pertempuran
pendeta iblis justru menghilang
ibunda ratu pengganti raja-
  mengambil alih kekuasaan
  sisa pasukan telah digalang
  putri janji mengejar durjana
(11)
sang ratu memberi doa restu
pasukan memburu arah timur
tujuan pemberontak yang kabur
di mana wabah  masih menunggu
  langit berkabut asap kelabu
  mayat berserak melintang bujur
  korban wabah hitam tak terkubur
  menguar busuk merusak nafsu
pinggir danau, pendeta terdesak
berlindung pada tubuh pengikut
pedang berlumur darah sang raja-
  pria terakhir garis chaka rag
  punah sudah; dinasti tersurut
  tanpa raja, sirastanenia
(12)
langkah satria tak jua henti
mengejar sampai ke bibir jurang
pendeta laknat teriak lantang
tentang si sulung lama dicari
  kelana sakti kekasih putri
  menghilang saat wabah menjelang
  pendeta perintahkan dibuang
  ke ujung timur menjemput mati
muncul dari balik kabut asap
bayang kelana sakti afiat
putri terpana mengenang jumpa
  panah satria meluncur sigap
  menembus dada pendeta laknat
  nyawa melayang, wabahpun sirna
(13)
tunggangan tlah menanti di istal
ratu sirastanenia makzul
sebelas kalung lindung berbandul
para satria bersumpah sakral
  sebelas perdikan tanah awal
  persatuan dituju sebagai kaul
  perdamaian atas asal-usul
  sebelas satria; sang pengawal
sang ratu memilih untuk pergi
akhirnya waktu segera tiba
suksesi pada yang lebih muda
  teriring isak tangis sang putri
  di sisi kelana sakti raja
  diberi gelar seyr-eel-rogh-chaka  Â
(14)
negri jauh yang hilang di tuju
dibalik hutan rimba yang rimbun
berubah dalam seribu tahun
ratu berkuda berminggu-minggu
  gurun pasir asal darah biru
  trah sirastanenia temurun
  kampung halaman asal berhimpun
  memanggilnya pulang; lagu rindu
dengarkanlah, kisah milenium-
lebih lagi, sirastanenia
puncak peradaban manusia
  sebarkanlah, pada banyak kaum
  sejarah tertulis chaka raja-
  juga selija putri jelita
(15)
dalam seribu tahun bersambung
langit menyusun rasi ke barat
penyusun sejarah bermaklumat
di puncak piramid sabit lengkung
  gadis perawan tutup kerudung
  terbebas dari tali penjerat
  pahlawan bertopeng sang penyelamat
  sebagai tanda sebentuk kalung
airmata perawan nan suci
mengalir tak sudi di tinggal
sang ratu memberi doa restu
  langkah satria tak jua henti
  tunggangan tlah menanti di istal
  negri jauh yang hilang di tuju
Bandung, 29 Januari 2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H