Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Legenda Sirastanenia (Petrarchan Redouble Sonnet)

11 Juni 2021   08:01 Diperbarui: 11 Juni 2021   08:06 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mengenal salah satu varian sonnet, yaitu Shakespearean sonnet, daur sonnet (sonnet cycle) sekaligus crown sonnet pada tulisan Bermula dari Canda Biasa yang lalu, kini penulis mengajak pembaca untuk mengenal bentuk asli sonnet, yaitu Italian sonnet atau lebih populer dengan sebutan Petrarchan sonnet. Francesco Petrarca (20 Juli 1304 -- 19 July 1374) adalah seorang pemikir dan penyair Italia, juga dikenal sebagai bapak humanisme.

Petrachan sonnet terdiri dari 1 oktet (stanza 8 baris) yang terdiri dari 2 quatrain (stanza 4 baris) dan 1 sestet (stanza 6 baris) yang terbentuk dari 2 terset (stanza 3 baris). Setiap baris terdiri dari 10 suku kata. Pola rima oktet adalah abba abba.  Adapun pilihan pola sestet: cdd cde, cdc cdc atau cde cde . Oktet sebagai proposisi yang mendeskripsikan permasalahan, sedangkan sestet sebagai resolusi masalah. Baris ke sembilan yang menandakan perubahan pola biasa disebut volta.

Redouble sonnet adalah rangkaian sonnet (sonnet sequence) yang terdiri dari 15 sonnet. Sonnet terakhir (sonnet 15) terdiri dari baris awal ke-empat belas sonnet secara berurutan.

Petrarchan Redouble Sonnet berikut adalah karya penulis.

 

Legenda Sirastanenia

 (1)

dalam seribu tahun bersambung
kerajaan tumbuh hilang sirna
tapi tidak sirastanenia
tetap berjaya di mega mendung

   rakyat makmur sentosa terlindung
   pasukan raja jaya perkasa
   tak sekalipun dalam bahaya
   sirastanenia sungguh agung

tak ada yang abadi, nyatanya
seperti dalam kisah berikut
dari sumber sejarah diakui

   tentang akhir sirastanenia
   tenggelam dalam kabut kemelut
   tambo berdarah tentang suksesi

(2)

langit menyusun rasi ke barat
ketika chaka rag suku barbar
memimpin pemberani berlayar
menggenggam janji sepenuh niat

   menyusur pantai berpasir coklat
   merapat di teluk pusat bandar
   pasukan chaka rag suku barbar
   rakyat bandar takluk tak semangat

sang penakluk jaya terus lanjut-
menjarah, menyerbu; alir darah
menyebar terror dan rasa segan

   perlawanan musuh yang terkejut;
   pun tak berarti, semua kalah
   badai gurun chaka rag: sang macan 

(3)

penyusun sejarah bermaklumat
awal mula orde chaka agung
sirastanenia, semenanjung-
sebelas perdikan, jauh dekat

   milenium lalu dengan cepat
   budaya tertinggi adi luhung
   rakyat makmur wisatawan gandrung
   ahli sejarah pada sepakat

yang tampak di permukaan bukan-
kebenaran; yang coba dibenam
bawah tanah diam mulai bangkit

   rakyat miskin banyak bertebaran
   pejabat korupsi uang haram
   ujung timur mewabah penyakit

(4)

di puncak piramid sabit lengkung
bulan purnama tahun samteba
para pendeta berembuk cara
mengusir wabah di timur ujung

   pendeta tertinggi hidung mancung
   hatinya dengki mengejar tahta
   ingin kuasa segala cara
   kesempatan tiba,  raja berkunjung

o, raja agung chaka penerus!
wabah dari timur bergerak maju
kulit terkupas tulang terlepas

    perlu tindakan sangat serius
    baginda raja, bijak selalu
   putri selija, kurban yang pantas!


(5)  

gadis perawan tutup kerudung
selija stenia sang rembulan
kembang tercantik seluruh taman
cahaya mata sinar lembayung

   bersenda gurau di taman gantung
   bertemu kelana tersesat jalan
   pandang bertemu, kelana tampan;
   putri jelita, cinta bersambung

cinta bersemi di taman asri
antara putri-rakyat jelata!
terlarang di semua daratan

   lima pengawal datang berlari
   membawa tali anyaman jala
  untuk menjerat leher sang tampan

(6)  

terbebas dari tali penjerat
ditebas  belati kelana sakti
menembus gerbang, terus berlari
tertinggal kalung lambang syarikat

   putri selija jeli mengamat
   kalung dipakai di dekat hati
   ketika rindu tidak terperi
   kalung kekasih jadi pengobat

malam menjelang, saat klandestin-
serbu istana; obor menyala
api berkobar sampai ke langit

   putri selija berbaju satin
   nyaris terbakar api membara
   tangan disambar; putri menjerit

(7)

pahlawan bertopeng sang penyelamat
memacu kuda; menembus malam
putri selija hanya terdiam
dipeluk pinggangnya sangat erat

    bulan sembunyi, gelap memekat
    menderap kuda di dalam kelam
    selija meraba satin bersulam
    kalung tersimpan jadi azimat

o, sirastanenia! negeri
sebelum milenia ke dua
kerajaan 'kan sirna tenggelam

   murka keji pendeta tertinggi
   hendak kuasa mengganti raja
   kelak memimpin secara kejam

(8)

sebagai tanda sebentuk kalung
berkilau; sinar bulan kembali
penunggang bertopengpun berhenti
mengenal tanda syarikat lindung

   bertanya ia, nadanya bingung
   putri selija, putri sejati
   kalung kemilau di batas hati
   padamu itu, milik si sulung?

kenalkah engkau pada pemilik-
kalung lindung melingkar ini?
penuh berharap; tanya selija

   padanya aku adalah adik,
   saudara yang hilang hingga kini
   tugas suciku menemuinya

(9)

airmata perawan nan suci
mengalir jernih di sudut mata
titik temu lelaki dicinta
mentari mulai menerang hari

   pendeta bulan sabit tertinggi
   melancarkan kudeta berdarah
   lelaki bertopeng dibayar murah
   untuk menculik selija putri

setelah tahu saudara kandung
kekasih selija taman asri
pria bertopeng membebaskannya

   para satria syarikat lindung
   siap menempur pendeta tinggi
   yang menyandera ratu dan raja

(10)

mengalir tak sudi di tinggal
selija memohon ikut serta
tekad baja; demi ayah bunda
bibir mengatup, tinju terkepal

   fajar menyingsing, menyebrang kanal
   kuil sabit lengkung tak siaga
   syarikat lindung; bela negara
   satria chaka rag nan terkenal

raja mangkat dalam pertempuran
pendeta iblis justru menghilang
ibunda ratu pengganti raja-

   mengambil alih kekuasaan
   sisa pasukan telah digalang
   putri janji mengejar durjana

(11)

sang ratu memberi doa restu
pasukan memburu arah timur
tujuan pemberontak yang kabur
di mana wabah  masih menunggu

   langit berkabut asap kelabu
   mayat berserak melintang bujur
   korban wabah hitam tak terkubur
   menguar busuk merusak nafsu

pinggir danau, pendeta terdesak
berlindung pada tubuh pengikut
pedang berlumur darah sang raja-

   pria terakhir garis chaka rag
   punah sudah; dinasti tersurut
   tanpa raja, sirastanenia

(12)

langkah satria tak jua henti
mengejar sampai ke bibir jurang
pendeta laknat teriak lantang
tentang si sulung lama dicari

   kelana sakti kekasih putri
   menghilang saat wabah menjelang
   pendeta perintahkan dibuang
   ke ujung timur menjemput mati

muncul dari balik kabut asap
bayang kelana sakti afiat
putri terpana mengenang jumpa

   panah satria meluncur sigap
   menembus dada pendeta laknat
   nyawa melayang, wabahpun sirna

(13)

tunggangan tlah menanti di istal
ratu sirastanenia makzul
sebelas kalung lindung berbandul
para satria bersumpah sakral

   sebelas perdikan tanah awal
   persatuan dituju sebagai kaul
   perdamaian atas asal-usul
   sebelas satria; sang pengawal

sang ratu memilih untuk pergi
akhirnya waktu segera tiba
suksesi pada yang lebih muda

   teriring isak tangis sang putri
   di sisi kelana sakti raja
   diberi gelar seyr-eel-rogh-chaka   

(14)

negri jauh yang hilang di tuju
dibalik hutan rimba yang rimbun
berubah dalam seribu tahun
ratu berkuda berminggu-minggu

   gurun pasir asal darah biru
   trah sirastanenia temurun
   kampung halaman asal berhimpun
   memanggilnya pulang; lagu rindu

dengarkanlah, kisah milenium-
lebih lagi, sirastanenia
puncak peradaban manusia

   sebarkanlah, pada banyak kaum
   sejarah tertulis chaka raja-
   juga selija putri jelita

(15)

dalam seribu tahun bersambung
langit menyusun rasi ke barat
penyusun sejarah bermaklumat
di puncak piramid sabit lengkung

   gadis perawan tutup kerudung
   terbebas dari tali penjerat
   pahlawan bertopeng sang penyelamat
   sebagai tanda sebentuk kalung

airmata perawan nan suci
mengalir tak sudi di tinggal
sang ratu memberi doa restu

   langkah satria tak jua henti
   tunggangan tlah menanti di istal
   negri jauh yang hilang di tuju


Bandung, 29 Januari 2016

 

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun