5. Menulis Berupa Fragmen
Jangan takut untuk menulis paragraf, atau hanya sehalaman. Tidak semuanya harus berupa adegan atau bab lengkap pada tahap awal penulisan novelmu. Jika kamu mendapatkan ide sebuah adegan di kepalamu yang ingin kamu tulis, lakukanlah. Tetapi jika kamu sudah duduk di depan komputer dan merasa bingung dan tidak yakin, berikan kebebasan untuk berpikir skala kecil.
Katakan pada dirimu, "Hari ini aku akan menulis 500 kata tentang di mana tokohku lahir," atau "hari ini akan akan menulis 200 kata tentang apa masalah yang menimpa perawi," atau "Hari ini aku akan menulis paragraf terakhir dari novelku."
Yang terakhir kelihatan aneh buat kamu? Namun intinya adalah, kamu tidak harus menulis dengan gaya linier. Kamu bisa menyusun ulang belakangan.
Jika kamu berkata pada diri sendiri, "Aku menulis beberapa paragraf hari ini" daripada "Aku sedang menulis bab sekian", prosesnya akan terasa lebih mudah.
![dok. pri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/30/alergi-cinta-cover-60b38ccbd541df752b139da2.jpg?t=o&v=770)
6. Memilih Konflik
Apa pun novel yang kamu tulis, apa pun genre-nya, tidak ada novel yang tanpa masalah. Setiap cerita dimulai dengan konflik.
Bagaimana dengan novelmu?
Dalam novelku Kamp 13, tokoh 3556P harus melarikan diri dari Barak F jika tidak ingin otaknya dicuci, dan neneknya seminggu yang lalu dibunuh karena mengajarnya ilmu pengetahuan yang dilarang.
Dalam Petualangan Malin, tokoh utamanya dikhianati bapak dan kekasihnya, diusir dari kaumnya dan diharuskan mendaptkan kekayaan jika ingin mendapatkan harga dirinya kembali.
Rusunawa dibuka dengan keluarga tokoh utama yang bangkrut dan harus pindah ke bagian kota yang kumuh, terasing, dan bermasalah dengan para tetangga baru.
Ketika kamu menempatkan tokoh protagonismu di tengah-tengah situasi buruk pada halaman satu, atau setidaknya bab satu, kamu telah membuat pembaca yang tidak sabaran untuk terus membaca. Latar belakang dapat dirangkai nanti, kisah bagaimana kita bisa sampai di mana kita berada, setelah kamu menarik perhatian pembaca dengan situasi yang mengerikan. Tidak peduli di mana kamu memulai, ingat: novel kamu harus dimulai dengan konflik.
Meskipun tidak ada aturan yang mengatakan untuk memasukkan konflik di halaman pertama novel, tapi juga tidak ada larangan untuk itu. Buat pembaca mengerti, di suatu tempat dalam 10 halaman pertama, mengapa novel ini harus diceritakan untuk dibaca oleh pembaca.
Konflik adalah bagian yang menyenangkan dari fiksi. Jadikanlah.
BERSAMBUNG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI