Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembalikan Sandal Jepitku!

21 Maret 2021   21:13 Diperbarui: 21 Maret 2021   21:31 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan, aku ingin menanyakan pendapatmu. Masalah ini sangat menggangguku, begitu mengganggu sampai aku berpindah apartemen. Dan kini aku ingin pindah lagi untuk kedua kalinya.

Semuanya dimulai sebulan lalu.

***

Di kaca jendela apartemenku yang berada di timur kota terdapat tulisan yang berbunyi "Kembalikan sandal jepitku!"

Aku menemukannya tertera pada lapisan embun. Digurat dengan ujung jari, dengan huruf bersambung. Semacam keindahan yang akan sirna bersama hangat mentari.

Ketika aku mencoba untuk menyekanya dengan telapak tangan tulisan itu tak pupus. Tanganku tetap kering.

Butuh beberapa detik untuk memahami bahwa tulisan itu ada di bagian luar jendela. Tulisan cermin, agar bisa dibaca dengan benar dari dalam.

Unit apartemenku berada di lantai enam, tanpa balkon atau bahkan tepian jendela. Aku tak habis pikir bagaimana caranya pesan seperti itu bisa sampai di sana dan siapa yang menulisnya.

Panas pagi mulai terasa saat matahari memuncak di gedung-gedung tinggi, dan aku menyaksikan dalam sekejap kata demi kata menguap ke udara.

***

Aku tidak sengaja mengambil sandal jepit itu. Bukan mengambil---menukar. Khutbah jumat yang lebih panjang dari biasanya dan getar ponsel yang tak henti-henti dari klien, membuatku buru-buru ke pelataran parkir tanpa memperhatikan sandal yang kupakai.

Sesampai di dalam mobil, saat hendak menukarnya dengan sepatu, barulah kusadari bahwa itu bukan sandalku. Mirip, tapi bukan sandalku. Rasanya lebih nyaman, lebih empuk, lebih ringan.

Seperti yang sudah kujelaskan tadi, aku buru-buru. Masjid itu bukan tempat aku biasa salat Jumat. Hanya karena ada appoinment dengan klien dekat situ. Begitu masuk waktu salat, mobil kubelokkan. Untuk sampai ke kantorku masih satu jam lagi lewat tol dalam kota. Klien yang sudah menungguku kuminta untuk lebih sabar menunggu.

Dan Sabtu pagi, saat hendak menikmati espresso dan kaya toast bikinan sendiri, tulisan itu muncul di kaca jendela apartemenku.

Hari Selasa aku pindah ke lantai enam belas apartemen yang baru saja grand opening di wilayah kota sebelah barat.

***

Catatan kedua tiba sebulan kemudian. Tepatnya tadi pagi.

"Kembalikan sandal jepitku!"

Ditulis dengan ujung jari, tulisan bersambung yang bulat dan indah seperti sebelumnya.

Aku menempelkan pipiku ke jendela, mencari platform elevator luar-ruang yang menggantung, kabel panjat tebing, perancah, bahkan Alain Robert atau Spider-Man, tetapi yang tampak hanyalah kaca dan kusen aluminium.

***

Jadi, aku menemukan iklan apartemen siap huni di daerah suburban. Sedang promo. Murah. Ada unit yang masih available di lantai 26.

Yang ingin kutanyakan:

  1. Apakah sebaiknya apartemenku yang sekarang di barat kota kujual saja?

  2. Dan kalau kujual, apakah kamu berminat membelinya?


Cakung, 20 Maret 2021 

Sumber ilustrasi
#cerpensandaljepit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun