Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setengah Tiang

22 Desember 2020   09:07 Diperbarui: 22 Desember 2020   09:10 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mau ke mana?" tanya Zeus pada adiknya.

"Jalan-jalan," jawab Loki.

"Tamu-tamu masih ramai," Zeus mengingatkan.

"Ada apa?" Tiamat tiba-tiba muncul dari belakang.

"Kakakmu mau pergi," Zeus menjawab pertanyaan si bungsu.

"Biarkan saja," terdengar suara Freya -- saudara nomor dua, dari punggung Tiamat. Entah mengapa, orang tua mereka memberi nama anaknya dengan nama dewa-dewi dari tanah seberang.

Tiamat hendak membantah. "Tapi---"

"Biarkan saja."

Sebelum yang lain bersuara, Loki telah menghilang di kegelapan dengan ransel yang menggelembung di punggungnya.

"Bagaimana jika Loki berbuat yang aneh-aneh?" tanya Tiamat entah pada siapa.

"Loki belum pernah tertangkap, apapun sangkaan orang-orang padanya," Freya yang menjawab.

Tiamat memandang saudarinya dengan tatapan yang telah menaklukkan pemuda-pemuda kampung situ.

"Bagaimana jika nanti ia kepergok?"

"Selalu ada saat untuk pengalaman pertama," ucap Zeus pelan.

Freya mendengus. Sepertinya hanya ia satu-satunya yang punya keyakinan terhadap Loki.

"Maaf, berhubung sudah larut malam dan besok hari kerja, aye pamit duluan," Haji Mukidi yang tadi memberi ceramah takziah berdiri di depan pintu.

"Sekali lagi, turut berduka yang sedalam-dalamnya dari aye dan keluarga. Encing kalian kagak bisa dateng, perutnya mules. Maklum, udah tue," sambungnya lagi.

"Ibu kalian orang paling baek. Salamlekum."

Paman yang merupakan suami adik ibu mereka itu menuju ke jalan, dan melangkah berlawanan dengan arah Loki menghilang.

"Menurutmu apa yang akan dilakukan Loki?" tanya Tiamat pada Zeus. Yang ditanya menjawab dengan mengangkat bahu.

***

Dari pos jaga di depan bangunan megah itu terdengar suara percakapan yang berasal dari televisi yang terletak di dinding, dekat rak helm para petugas pengamanan. Manusia-manusia yang bertugas semuanya lelap tertidur. Mereka mungkin berpikir, durjana gila mana yang berani masuk ke istana penguasa yang dikawal ketat oleh tentara?

Loki berdiri tegak di depan pilar ramping terbuat dari beton peninggalan zaman Belanda. Dikeluarkannya isi tas ransel. Kurang dari tiga menit, sebuah bendera berukuran besar telah berkibar di dua pertiga tiang bendera setinggi 30 meter.

Ia memberi hormat selama 30 detik, kemudian menurunkan tangannya setelah menyeka air mata dari pipinya.

Pagi nanti, orang-orang yang lewat dan melihat bendera itu akan bertanya-tanya: peristiwa apa yang terjadi pada hari ini, siapa tokoh penting yang meninggal dunia? Dan mereka akan berlalu untuk segera lupa.

Tak jadi soal. Yang penting bagi Loki, ibu adalah orang terpenting di muka bumi ini. Kepergiannya adalah duka terdalam yang ia rasakan.

Selamat Hari Ibu.

Bandung, 22 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun