Rambutnya dipotong pendek, sangat pendek sehingga gadis itu bisa melihat kulit kepalanya.
Dia melihat cowok itu mencondongkan tubuh ke depan untuk mendengar bisik yang dikatakan seorang gadis kepadanya. Ada bekas luka di belakang kepalanya, panjangnya kira-kira tiga sentimeter, sejajar dengan telinga. Mengilap oleh pantulan cahaya lampu kafe.
Dia bertanya-tanya bagaimana cowok itu mendapatkan lukanya. Sambil mengaduk es batu di gelasnya yang berisi cairan teh hijau, dia mulai membuat narasi.
Perkelahian di luar klub malam. Gadis-gadis dengan dandanan seronok dan rok mini menjerit-jerit di pelataran parkir, terkejut karena kekerasan tiba-tiba terpampang di depan mata. Darah tercecer di trotoar. Raungan sirene mobil patroli.Â
Dia bertanya-tanya apakah ada luka lain, mungkin bekas tusukan pisau lipat di dada kanan?
Dia membayangkan borgol dan sel tahanan, sidang pengadilan. Hukuman dengan masa percobaan.
Cowok itu tipe yang disukainya.
Kelak, nanti, dia akan bertemu dengan ibunya. Wanita yang bijaksana. Calon mertuanya itu akan bercerita tentang liburan di Taman Impian Ancol. Seorang anak laki-laki kecil berlari menuju gerobak es krim, terpeleset di anak tangga cottage, kepalanya menghantam sudut tajam. Bau darah dan air asin, sirene ambulans meraung-raung.
Bandung, 21 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H