Setiap hari, Kakek mendengarkan suara derit bambu yang dibawa angin, membuatnya semakin bersedih.
Suatu pagi, hujan berhenti. Cuaca cerah dan langit biru indah.
Sebilah pisau baru tergeletak di atas meja beranda. Kakek tidak tahu siapa yang meninggalkannya di sana. Namun tiba-tiba dia mendengar suara nyanyian burung dari hutan.
Dia pergi ke hutan dan menemukan sepotong bambu persis seperti yang dia inginkan. Seruling yang dibuatnya dari potongan bambu tersebut menangkap suara burung yang baru pertama kali didengarnya itu dengan sempurna, lalu Kakek menggantung seruling di pagar agar diambil oleh anak laki-laki atau perempuan yang melintas di depan rumahnya.
Namun semua anak laki-laki dan perempuan sudah tak tertarik lagi dengan seruling, karena mereka lebih menyukai permainan baru yang dimainkan lewat gawai layar sentuh.
Hari berikutnya Kakek mendengar kicauan burung yang lain lagi, menemukan bambu yang tepat, membuat seruling yang serasi darinya dan menggantungnya di pagar. Tapi tidak ada yang mengambilnya. Dia sedih, tetapi tetap saja membuat seruling. Membuat seruling merupakan keinginan dan tujuan hidupnya, maka dia terus saja melakukannya.
Burung-burung terus memanggil dan dia terus membuat seruling dan dia menggantungnya di pagar meski tidak ada yang mengambilnya.
Hari demi hari berlalu. Setiap hari dia mendengar kicauan burung-burung dan membuat serulingnya dan menggantungnya untuk anak laki-laki dan perempuan yang melintas di depan rumahnya. Malam hari dia bersedih. Namun dia tahu dia tidak akan pernah berhenti membuat seruling. Nyanyian merdu burung-burung diabadikannya dalam seruling-serulingnya. Dia berharap, suatu hari seseorang akan datang untuk memainkan lagu-lagu yang indah dari seruling-serulingnya yang tergantung di pagar.
Sudah ratusan seruling berayun-ayun di pagar rumahnya, tidak ada satu pun yang diambil. Tidak ada anak laki-laki atau perempuan yang mencoba membunyikannya dengan meniup udara melalui bibirnya atau menutup lubang kecil dengan jari-jarinya. Tidak seorang pun anak laki-laki atau perempuan yang mencoba.
DI penghujung musim hujan, malam lembap dingin. Kakek jatuh sakit dan berbaring di tempat tidurnya. Beritanya sampai ke kota. Walikota dan beberapa warga datang menjenguk.
Kakek menyampaikan kepada mereka bahwa meskipun waktunya tak lama lagi, kehidupan yang dijalaninya baik-baik saja. Dia tidak punya penyesalan selain berharap bahwa anak laki-laki dan perempuan akan datang untuk mengambil serulingnya dari pagar. Namun, jika mereka tidak melakukannya, dia senang sudah membuat seruling-seruling itu.