Dari kursinya, aku melihat anak-anak bersepeda dan bermain layangan di jalan. Mereka membicarakan tugas sekolah yang disampaikan guru lewat internet. Aku mendengarkan kicauan mereka sebentar. Setelah Nisa tiada, hanya merekalah penghiburku.
Gerimis mulai merinai. Tak lama kemudian, tetes-tetes kesepian berubah menjadi badai kesedihan.
Aku mencondongkan badan ke luar jendela untuk mengamati keadaan sekitar. Air hujan membersihkan mobil yang parkir di seberang jalan, memandikan pepohonan dan atap rumah, membasahi topi dan jenggotku.
Anak-anak berhamburan pulang. Seorang gadis kecil di lantai atas rumah depan menekan wajahnya ke kaca jendela. Dia melambai padaku. Dengan topi dan jenggot basah kuyup begini, tampangku pasti mirip badut ulang tahun. Aku tersenyum, balas melambai.
Mungkin besok jenggotku akan kucukur, setelah itu berjalan-jalan dalam hujan dan menyapa para tetangga. Aku belum bisa memastikannya sekarang.
Mungkin, lebih baik mencoba sesuatu yang baru.
Bandung, 13 Juni 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI