***
Seorang pria yang menjadi teman akrabku duduk di sofa di seberang. Dia orang baik, kebetulan datang menolongku ketika aku terpeleset di taman. Aku kira dia tetangga di lingkungan ini. Aku lupa namanya.
Dia tampaknya pendiam, jarang mengeluarkan kata-kata, jadi aku tidak begitu memperhatikannya.
Aku membelai Gluck, dan dia melengkung karena sentuhanku, mendengkur lembut dan berbalik menggosok-gosok kakiku.
Dia makhluk yang luar biasa, makhluk yang indah, makhluk yang sepertinya selalu memahamiku. Dia juga menjagaku. Dia akan menggonggong tiga kali jika aku meninggalkan ketel mendidih, dan aku merasa aman meninggalkan rumah tanpa mengunci pintu. Dan dia juga tak ingin aku mengunci pintu jika sedang ada di rumah. Oh ya, dia juga mengingatkanku untuk membawa payung jika hujan.
"Bukankah dia hebat?" kataku sambil tersenyum, melirik pria di sofa.
"Betul, Pak," jawabnya sambil membalas senyumku.
Namun tatapan matanya diliputi kesedihan.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H