Ada perbedaan antara pensiun dan pikun, tetapi putraku tampaknya berpikir bahwa siapa pun yang lahir sebelum era wifi tak dapat mengurus sendiri.
Minggu lalu dia ingin menunjukkan cara mengoperasikan kulkas dengan kendali jarak jauh. Dia lupa bahwa benda sialan itu adalah salah satu rancanganku selama tiga puluh tahun berkarir di bidang rekayasa robotika.
Kali ini dia membawakan Guck, anjing robot yang berbulu lebat. Katanya untuk menemaniku. Artinya dia terlalu sibuk memprogram sisir elektronik sehingga takkan dapat mengunjungiku beberapa minggu ke depan.
"Bukankah dia cantik?" tanyanya.
"Dia," kataku. "Dia jantan. Jantan tidak pernah cantik."
"Terserah apa kata Bapak, deh."
Guck akan menggonggong girang - bunyi yang dihasilkan pengeras suara piezo elektrik di tenggorokannya - jika aku menyentuh salah satu dari sembilan-puluh titik sensor  pada kulitnya. Aku telah menemukan mereka semua, jadi aku tahu.
***
Hari ini putraku membelikanku Gluck yang lain karena yang pertama rusak. Mungkin aku sengaja merusaknya setelah menemukan kamera dan perekam suara di kepalanya. Atau mungkin aku tak sengaja menendangnya, atau dia bertengkar dengan robot pembersih lantai. Mereka tidak selalu akur.
Terkadang aku pelupa, tetapi sebagai insinyur jari-jariku masih ingat letak kabel, tahu jika ada yang salah. Aku tidak setua itu, Anda tahu. Tidak perlu anakku memata-matai dengan hewan peliharaan elektronik. Aku bisa mengurus diri sendiri. Aku berhak memiliki privasi.
Bisa-bisa tak lama lagi dia akan memasang gelang manula yang mencatat semua yang aku sentuh. "Jangan lupa untuk mencuci tangan," gelang itu akan berbunyi. Bisakah Anda bayangkan rasanya diatur oleh sebuah gelang? Versi terbarunya konon sangat bagus, bisa bergetar untuk memberikan rasa nyaman bagi yang memakainya.
***
Seorang pria yang menjadi teman akrabku duduk di sofa di seberang. Dia orang baik, kebetulan datang menolongku ketika aku terpeleset di taman. Aku kira dia tetangga di lingkungan ini. Aku lupa namanya.
Dia tampaknya pendiam, jarang mengeluarkan kata-kata, jadi aku tidak begitu memperhatikannya.
Aku membelai Gluck, dan dia melengkung karena sentuhanku, mendengkur lembut dan berbalik menggosok-gosok kakiku.
Dia makhluk yang luar biasa, makhluk yang indah, makhluk yang sepertinya selalu memahamiku. Dia juga menjagaku. Dia akan menggonggong tiga kali jika aku meninggalkan ketel mendidih, dan aku merasa aman meninggalkan rumah tanpa mengunci pintu. Dan dia juga tak ingin aku mengunci pintu jika sedang ada di rumah. Oh ya, dia juga mengingatkanku untuk membawa payung jika hujan.
"Bukankah dia hebat?" kataku sambil tersenyum, melirik pria di sofa.
"Betul, Pak," jawabnya sambil membalas senyumku.
Namun tatapan matanya diliputi kesedihan.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H