Mitra saya, Viktor, tidak pernah mengakui bahwa dirinya iblis. Dia hanya tidak menyukai kekalahan.
Sangat disayangkan bahwa mitra kami yang lain telah lebih dulu tewas di dalam gua. Kematian mereka tentu saja ada hubungannya dengan kenyataan bahwa kami telah menemukan tambang emas, dan bahwa Viktor tidak ingin ada orang lain ikut menikmati penemuan harta karun ini.
Namun begitulah.Â
Hanya satu dari kami yang akan meninggalkan gua dalam perut gunung di tengah rimba Kalimantan yang perawan ini.
Kalau Anda pernah melihat fotonya di majalah gosip, maka Anda takkan mengenalinya sekarang. Dia mengenai sesuatu di kepalanya yang dulu sebuah topi laken. Wajahnya, bukan maksud saya menjelek-jelekkan, tidak lebih baik dari karakternya. Untung saja rambut yang tumbuh kasar menutupi rupanya yang buruk. Mengenakan celana kulit, kemeja jins lusuh dan apa yang minggu lalu disebut sepatu gunung.
Tapi yang paling penting adalah, dia memiliki Smith & Wesson 686Â yang kini larasnya ditempelkan di dahi saya.
"Iwan," dia menggeram, perlahan dan pasti, "kau akan mati."Â
Dan saya belum ingin mati.Â
Jika Viktor dari kecil terbiasa menembak ular semak padang pasir dengan senapan sejak umur enam tahun, saya menghabiskan masa muda dengan mempelajari rekayasa mesin dan komputasi. Saat ini jelas apa yang saya pelajari tak berguna sama sekali. Namun tak ada gunanya mengeluh, nasi telah menjadi bubur.Â
Dia lebih tangkas dari saya. Dan meskipun saya sudah tahu sebelumnya bahwa dia akan menghabisi saya, tetap saja kecepatan saya seperti kucing hutan mati.
Dan mungkin laras pistolnya menjadi hal terakhir yang saya lihat.
"Saya tidak menginginkan emas itu," kata saya, dan dia menarik pelatuknya.
Bunyi 'klik' terdengar. Saya sudah menggenggam batu di tangan ketika saya menerjang dan menjatuhkan Viktor ke tanah. Batu itu saya hunjam ke kepalanya tapi dia berguling menghindar dan batu itu menghantam lantai batu. Seperti saya katakan, dia jauh lebih cepat.
Dia menarik pelatuk untuk kedua kalinya. Klik. Pada saat itu saya sudah berlari ke terowongan gua yang gelap.Saya ingat dengan baik sekali labirin gua ini.
Derap suara kaki Viktor bergema di belakang saya. Satu menit lagi tubuh saya akan tampak sebagai siluet olehnya, disebabkan sinar matahari dari lubang di langit-langit yang jadi pintu keluar masuk. Namun sebelumnya saya telah menandai sebuah celah yang tersembunyi oleh bebatuan, jadi saya segera berbelok dan menyelinap di antara celah-celah sempit.
Saya sampai di sebuah ruangan kecil yang hanya cukup ruang untuk berdiri tegak. Dindingnya yang gelap akan menyembunyikan keberadaan saya selama saya benar-benar diam mematung, meski saya merasa Viktor seperti berada di samping saya, menggeram seperti anjing gila.
Dan disitulah saya menunggu.
Di luar terowongan Viktor mondar-mandir. Dia tahu saya ada di suatu tempat. Dia tahu, cepat atau lambat dia akan menemukan saya.
Sementara saya bisa beristirahat dulu.
Mungkin saya bisa mengalahkannya.
***
Kami bertemu suatu malam di Las Vegas, saat saya menghadiri konvensi penemu. Minum sedikit, bicara sedikit, minum lagi, dan kemudian kami bicara sampai matahari terbit. Malam itu saya menceritakan padanya tentang Mesin Analisis.
 Penemunya adalah Charles Babbage. Babbage tidak memiliki cukup dana untuk membuatnya, tapi saya berhasil merancang purwarupa saya sendiri di kontrakan saya di Bandung, dengan beberapa perbaikan dan pengembangan, saya berhasil mendesain versi digitalnya.
Mesin yang saya buat bahkan jauh lebih baik daripada yang dirancang Babbage. Berikan masukan yang benar dan tekan tombol 'Enter', dan mesin itu akan memberi tahu Anda apa pun yang ingin Anda ketahui: masa lalu atau masa depan.
"Aku sudah tahu tentang masa lalu," kata Viktor padaku. "Yang aku mau tahu tentang masa depan."
Jadi dia memberi saya uang. Saya tidak berani menanyakannya dari mana asal uang tersebut.
Saya mengganti seluruh sistem tuas engkol dan uap mesin Babbage dengan sistem elektronik digital. Hasil akurat hingga 128 digit desimal ditampikan pada tampilan layar sentuh lebar.
Begitulah cara kami memutuskan untuk mengumpulkan kru untuk ekspedisi kami. Begitulah cara saya menemukan pada hari tertentu dalam rentang waktu tertentu, kami akan menemukan tambang emas yang terlantar.
Ketika kami menemukan tambang itu, rasanya begitu bahagia seperti kerbau masuk ke kubangan. Kemudian nama saya padam.
Oh, sial, kata saya dalam hati. Pasti kehabisan daya.
Tapi kemudian saya menyadari bahwa nama Viktor masih menyala.
Saat itulah saya sadar. Kami semua akan mati, kecuali Viktor.
Tadinya saya mengira, kesalahan terletak pada mesin analisis. Transfer data yang salah mengakibatkan beberapa informasi hilang. Dengan kata lain, solusi jangka panjang mesin itu salah.
Saya memasukkan data baru berdasarkan pengetahuan saya tentang Viktor, dan begitu saya melakukan koreksi, hasil yang lebih akurat muncul. Mula-mula teman kami akan mati dalam gua, dan tiga jam kemudian, Viktor akan menembak mati saya.
Tapi saya masih berpikir saya bisa lolos dari takdir saya.
Ketika Viktor menurunkan tas peralatannya untuk menjelajahi terowongan, saya mengambil pistolnya mengeluarkan dua butir peluru kaliber .357. Sebelum saya dapat memutar silinder lagi, saya mendengar Viktor kembali. Maka saya kembalikan senjata itu ke sarungnya.
Saat itulah hitungan episode gua dimulai.
Mengapa saya tidak mengambil pistol itu untuk saya sendiri?
Saya tidak ingin membuat Viktor curiga. Itulah pikiran saya saat itu. Sekarang, saya tidak begitu yakin lagi. Saya jadi bertanya-tanya apakah keragu-raguan saya sudah diperhitungkan oleh mesin.
Duduk dalam kegelapan, saya menggigil kedinginan yang bukan disebabkan oleh lingkungan. Tiga jam. Sudah dua jam lebih berlalu, saya hanya butuh kurang dari satu jam lagi untuk keluar hidup-hidup dari gua ini.
Terdengar suara bergema di dalam terowongan. Gelak tawa yang membuat bulu kuduk saya merinding. Viktor telah menemukan tempat persembunyian saya.
Saya meraba-raba di tanah dan menemukan sebuah batu.
Saatnya untuk mengetahui apakah masa depan dapat diubah.
Â
Â
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H