Kirana berbalik, mengira bahwa Bu Darmi meminta bantuan mereka untuk membatu membereskan meja-meja tempat barang garage sale sebelum hujan semakin deras.
"Lelaki ganteng itu kembali dan dia ingin bertemu denganmu." Bu Darmi melambai-lambaikan tangannya seolah-olah sedang mengarahkan pesawat terbang untuk mendarat.
Kirana mendongak dan terkesiap.
Tatapan kejam berkedip-kedip seperti nyala api lilin redup, liar dihembus angin.Bulu lengan Kirana berdiri. Dia tahu, akhir sudah tiba.
Seluruh kehidupannya berkelebat di matanya, dan kemudian makhluk itu mendarat tepat di depannya.
Apa yang dilihat Bu Darmi sebagai pria ganteng, mata Kirana melihat sesuatu yang jauh berbeda.
Dia lebih tinggi dari yang dulu pernah ditemui Kirana, menjulang hampir tiga meter. Rambutnya panjang, putih bagai ijuk tergerai di dadanya yang membusung. Caping gunung besar berwarna merah darah menyembunyikan sebagian raut wajah tengkorak kristal. Kukunya runcing-runcing panjang melengkung. Jari-jarinya dihiasi cincin batu akik besar berkilau merah-hitam.
Tubuh Kirana bergidik ketika makhluk itu meletakkan ujung jari telunjuknya ke mulut Kirana. Dia tak kuasa untuk biasa. Bibirnya bagai terkunci.
Dengan tangannya yang gemetar, Giring meremas jari-jari istrinya. Dia memejamkan mata dan berbisik pelan, "Maafkan-"
Sebelum lelaki itu mengucapkan kata terakhirnya, kegelapan menelan seluruh komplek perumahan beserta semua yang ada di dalamnya.
TAMAT