Syauki menjadi pecandu kopi sesaat setelah Dewi pergi.
Dewi membawa mesin espresso bersamanya. "Abang tak pernah memakainya", katanya. Sebagai gantinya, dia meletakkan mesin pembuat jus di meja dapur.
Tetapi membuat jus tidak semudah yang dibayangkan lelaki manapun. Sisa-sisa jus yang lengket dan susah dibersihkan membuat Syauki frustasi. Dia suka minum jus buah dan kini membutuhkan secangkir kopi. Saat memeriksa lemari gantung di atas kompor tempat Dewi menyimpan serba-serbi botol berisi bumbu yang aneh-aneh, di bagian belakang dia menemukan sebungkus kopi instan isi 30 sachet. Plastiknya belum dibuka, tanggal kedaluwarsa seminggu lalu.
Syauki merebus air, menyobek bungkus kopi, memasukkannya ke dalam cangkir mug, menuangkan air panas, mengaduk dengan sendok teh, lalu mencicip seteguk. Rasanya menjijikkan. Seteguk lagi. Menjijikkan, menjijikkan, menjijikkan, begitu seterusnya hingga cangkir itu kosong. Lalu dia membuat secangkir kopi lagi.
Minum kopi instan menjadi kebiasaan barunya.
Dia membuat kopi dan duduk di teras sambil bersenandung lagu ciptaannya sendiri.
"Aku lelaki, sungguh-sungguh seorang laki-laki." Nadanya sumbang.Â
Sambil bernyanyi, dia membayangkan bahwa dirinya seorang pendekar pembela kebenaran yang baru turun gunung. Tanpa sadar bibirnya menyiulkan lagu pembuka drama serial silat "Pendekar Pemanah Rajawali". Semasa kecil dulu, dia sering menonton drama kungfu tersebut dari pemutar video Betamax bersama neneknya.
Dia pergi ke garasi untuk membongkar kotak-kotak kardus dan menemukan kostum Naruto yang dipakainya untuk parade cosplay sebelum Dewi mengatakan bahwa baju itu sudah pudar dan usang. Syauki memakainya, lalu duduk di teras sambil minum kopi instan dan menyanyikan lagu ciptaannya "Aku lelaki, sungguh-sungguh seorang lelaki yang pantang menyerah," dilanjutkan dengan siulan lagu pembuka Pendekar Pemanah Rajawali diselingi Terajana.
Membayangkan dirinya sebagai Jacky Chen, Syauki berpura-pura kopi instan yang diminumnya adalah arak yang memabukkan.
Dewi muncul.