"Kalian pasti belum dengar! Oh, Fatimah, siapa yang mengira kalau seperti itu kejadiannya?"
Begitulah cara kami menerima kabar bahwa Ketua Dewan Namrud Itam telah diseret keluar dari rumahnya oleh polisi yang menangkapnya karena tabrak lari.
Bukan saja karena dia dikenali oleh dua orang saksi di kota tetangga, namun entah bagaimana gelang perak dengan ukiran namanya tertinggal saat dia membuang mayat Ojak ke selokan.
Kami semua - aku, ibu, Israfil - mendengarkan dengan mata terbelalak dan mulut ternganga, lalu diam lama membiarkan diri kami larut dalam sepi.
Kemudian, setelah rasa terkejut pupus, kami berbicara tentang Ojak yang malang. Kami bicara tentang kejahatan Ketua Dewan Namrud Itam. Kami bicara tentang Imam Ustaz Rustam. Pokoknya kami bicara tentang apa saja.
Tetapi tidak seorang pun akan bicara tentang ketololan diri sendiri: beasiswa dan semua hal buruk yang telah kami lakukan untuk melarikan diri dari kampung ini.
TAMAT