Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kincir Ria Raksasa

27 Mei 2019   11:40 Diperbarui: 27 Mei 2019   11:48 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.bizjournals.com

Kincir ria raksasa itu masih sekitar setengah putaran ketika lampu-lampu padam. Dipadamkan, tepatnya.

Lagi-lagi dia telah dilupakan. 

Nugie duduk di tengah bangku dan menatap keluar. Lampu-lampu kota menyebar bagai hamparan kepingan pecahan kaca di di bawah seakan sesuatu yang harus dia lupakan. Sebagai gantinya, dia berjuang untuk melawan kehendak kuat yang tiba-tiba muncul untuk kencing.

Nugie ingat semua tempat di mana dia terkunci saat jam tutup. Bioskop di Bandung, mal di Melaka, kebun binatang Singapura, akuarium Laut di Sidney, di antaranya. Setidaknya di sana dia bisa buang air kecil tanpa khawatir.

Dia menghela napas panjang mencari-cari wadah yang cocok. Tidak ada yang yang lebih baik selain botol plastik air mineral setengah kosong dari tasnya. 

Nugie membidik. Sepatu dan sebagian celananya kecipratan air seninya.

Dia mengatupkan tutup botol kembali, menyeka sepatunya dengan tisu, lalu menggoyang-goyangkan celananya yang lembab dan mulai memikirkan apa yang akan dilakukan kemudian.

Satu jam berlalu digunakannya untuk menandai sejumlah landmark dari bentuk siluet di kejauhan. Lampu sorot dari puncak menara tempat helipad, mercusuar yang berkedip menjadi titik awal yang baik. Kapal-kapal kargo yang berlayar perlahan menjauhi pelabuhan tampak seperti model mainan. Satu jam berikutnya dihabiskannya merenung tanpa menyentuh lantai dengan kakinya. Dia mencari-cari makanan dalam kantongnya, ketika lampu kapsul menyala dan derak bunyi roda kembali berputar.

"Kami minta maaf!" seru petugas ketika dia menginjak permukaan tanah. "Belum pernah kami meninggalkan seseorang di dalam wahana sebelumnya."

"Kamu ingat aku?"

'Tentu saja. Maksudku, salah satu temanku."

Terseok-seok melangkah, dia berharap kejadian itu takkan pernah terulang lagi

.

Malam itu, roda kincir ria raksasa telah mengubah Nugie dari seseorang yang tak terlihat menjadi legenda. 

TAMAT

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun