Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

The Best Attendee Kompasianival 2017

23 Oktober 2017   22:56 Diperbarui: 24 Oktober 2017   01:00 4176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sakit hati (saat itu). Saya sudah mencopot celana demi mendapatkan kesempatan jadi murid JokPin! Naluri saya, jika 15 saja saya tidak terpilih, apalagi untuk menjadi salah satu dari 3 pemenang puisi pendek twitter! No? Yes!


 Maka, puisi uneg-uneg yang dahsyat itu lahir. Blaaar!

Tetapi bak kata-kata bijak para motivator, di balik musibah ada hikmah kebijaksanaan dalam musyawarah. Karena tidak termasuk dalam 15 peserta Focus On, malah saya jadi ngobrol asik panjang lebar tinggi sama dengan volume sebagai sesama penyair dengan Joko Pinurbo di taman Halloween Lippo Mall. Jika Joko Pinurbo penyair beneran, saya penyair majenunan yang belajar dari penyair beneran.

Menandatangani buku untuk Joko Pinurbo *emo melet*(pencitraan, dok. pin)
Menandatangani buku untuk Joko Pinurbo *emo melet*(pencitraan, dok. pin)
Dan karena itu juga saya juga berkenalan dengan mas Wedha Abdul Rasyid, sang ilustrator legendaris. Namun cerita dengan mas Wedha akan jadi tulisan tersendiri, biar tulisan saya tambah banyak.

Ki-ka: Penyair Majenun, kang Pepih Nugraha, mas Joko Pinurbo, mas Wedha
Ki-ka: Penyair Majenun, kang Pepih Nugraha, mas Joko Pinurbo, mas Wedha
1. Saya dapat komplen dari mas Joko Pinurbo bahwa dia kena sinar matahari langsung saat di panggung sehingga kepanasan. Mas Eka Kurniawan menanyakan nama asli Penyair Majenun (untuk tandatangan novel "Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi"). Memang tidak ada hubungan antara pertanyaan Mas Eka Kurniawan dengan kekurangan Kompasianival. So what?

Ikhwanul Halim dan Eka Kurniawan (dok. pri)
Ikhwanul Halim dan Eka Kurniawan (dok. pri)
2. Tadinya saya kira yang duduk-duduk di arena acara semuanya Kompasianer, ternyata bukan. Seharusnya yang bukan Kompasianer didaftarkan menjadi Kompasianer.

3. Saya tidak tahu alasan memilih Kunto Aji sebagai penampil. Lagu-lagunya lebih cocok untuk menemani santap malam romantis atau tidur cantik. Untung saya diajak para pemenang pergi menghindar dan menyenyong rame-rame.

4. Sebagai peserta pertamax yang hadir, bahkan mengalahkan Kong Agil selaku preman Kemang, saya mengincar souvenir cangkir Kompasiana untuk pendaftar baru di meja yang menjual kartu flazz. Mas Nurul Uyuy berjanji akan memberi saya jika ada sisa, setelah saya membuat pengakuan bahwa saya seorang kolektor cangkir hadiah.

Jurus majenun hendak menyambar cangkir (dok. pri)
Jurus majenun hendak menyambar cangkir (dok. pri)
Ternyata ada Kompasianer lawas yang mendapatkan 3 (tiga) cangkir tersebut dari mas Kevin Kevinalegion. Saya tidak kebagian.

Kemana saya harus menuntut? Sampai kapan pun hutang mas Nurul Uyuy ke saya tidak saya lupakan sebelum lunas. Hahay!

Kesimpulan dan Saran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun